Menu
Menu

Dalam rangka ulang tahun ketiga Bacapetra.co, para redaktur berbagi cerita tentang pengalaman mereka bersama media ini. Ini adalah catatan Armin Bell, Pemimpin Redaksi Bacapetra.co tentang tiga tahun yang menyenangkan di ruang bersama ini. Selamat membaca.


Oleh: Armin Bell |

Tinggal di Ruteng, Pemimpin Redaksi Bacapetra.co dan Ketua Yayasan Klub Buku Petra.


Tiga tahun silam kami menata salah satu kamar di Klub Buku Petra. Kamar yang kini bernama Bacapetra.co.

Saya, dr. Ronald Susilo, Maria Pankratia, Marcelus Ungkang, Daeng Irman berkumpul di LG Corner Ruteng membicarakan hal-hal apa saja yang harus dilakukan agar kamar ini menjadi ruangan yang baik. Klub Buku Petra adalah rumah kami. Telah dibangun beberapa kamar di dalamnya. Yang sudah benar-benar jadi saat itu adalah kamar Bincang Buku Petra. Yang lain dibangun perlahan: Bacapetra.co, Literasi Bergerak–sekarang menjadi Perpustakaan Klub Buku Petra, dan beberapa kamar lain yang sedang dalam rencana akan dibangun; masih dalam bentuk sekat-sekat.

Beberapa waktu sebelum kami berlima duduk di LG Corner, sudah terjadi percakapan-percakapan dengan A. Nabil Wibisana, Felix K. Nesi, Mario F. Lawi, dan Oliva Sarimustika Nagung. Mas Abu, Felix, Mario, dan Iva akan bersama kami di komposisi awal Bacapetra.co. Sudah ada pembagian tugasnya masing-masing saat itu. Bersembilan kami akan mengurus kamar ini. Sembilan orang itu bertahan hingga saat ini dan kamar kami menjadi semakin meriah dengan hadirnya Umeckzy Rebarakaz (Chrisnov IT Solutions) di meja Web QA dan Greg Reynaldo yang jadi anak magang pertama di kamar ini. Peran masing-masing dapat dilihat di sini; dan mungkin akan bertambah.

Saya ingat, salah satu bagian dalam percakapan kami berlima malam itu adalah bahwa ini bukan hobi yang setahun boleh selesai. Dia harus berulang tahun bertahun-tahun.

20 Maret 2022 kemarin, website ini sampai di usia yang ketiga. Bahwa pada awalnya memang diniatkan sebagai media yang selalu merayakan ulang tahun, kenyataan bahwa Bacapetra.co telah sampai di usianya yang ketiga sempat bikin kaget nan terharu. Eh? Pokoknya begitu. Ada banyak hal yang telah terjadi, ada ribuan pembaca dan ratusan penulis yang telah jadi bagian perjalanannya, ada keputusan-keputusan penting yang diambil seiring bertambahnya usia.

Catatan Dari Rumah kali ini hendak merangkum beberapa keputusan yang telah dibuat sepanjang tiga tahun yang menyenangkan ini:

Pertama, Rubrik yang Bertambah

Pada mulanya, media ini hanya berisi lima rubrik, yakni Ulasan, Cerpen, Puisi, Terjemahan, dan Sekitar Kita. Ada semacam “semangat lima”? Barangkali. Logo Klub Buku Petra dan Bacapetra.co terdiri dari lima lembar buku (beberapa teman melihatnya sebagai lima kelopak bunga), di negeri ini ada payung bernama Pancasila, di Manggarai ada lima falsafah dasar kehidupan yakni mbaru ka’eng (rumah), uma duat (ladang), natas labar (halaman), wae teku (sumber air), dan compang dari/takung (mezbah persembahan/tempat doa di tengah kampung). Begitu? Tidak persis. Rubrikasi awal sesungguhnya disesuaikan dengan komposisi redaktur: Marcelus Ungkang, Felix K. Nesi, A. Nabil Wibisana, Mario F. Lawi, dan Maria Pankratia (yang merangkap sebagai Sekretaris Redaksi). Artinya, “semangat lima” yang saya ceritakan ini adalah usaha mempas-paskan saja.

Yang kemudian terjadi adalah bertambahnya kebutuhan ruang. Pemimpin Redaksi harus menulis secara rutin, sebulan sekali, apa saja–sebagai semacam ruang refleksi(?), dan karenanya memerlukan ruang khusus. Jangka lalu diciptakan. Jangka adalah kata dalam bahasa Manggarai yang memiliki paling tidak dua arti: (1)percakapan sehari-hari (diharapkan bermakna; berbeda dengan joak/obrolan lepas cenderung lucu atau melebih-lebihkan), dan (2)sisir/alat merapikan atau mengatur rambut. Jangka dalam bahasa Indonesia berarti alat untuk membuat bulatan (lingkaran, mengukur jarak pada peta, dan sebagainya). Semangat-semangat itulah yang (harus) menjadi dasar pembuatan tulisan untuk rubrik ini dan saya segera mengetahui bahwa itu adalah hal yang begitu besar. Pada bulan kesekian, saya menyadari bahwa menulis sebulan sekali dengan niat  ‘menjadi bermakna-membuat lebih rapi-menata lingkaran dengan baik’ tidaklah mudah; Jangka tidak berhasil diisi secara teratur. Meski begitu, rubrik ini tetap ada. Ditambahkan pula dua sub di dalamnya, bernama Dari Rumah (ini)–tempat semua redaktur menulis hal-hal internal dan Profil. Profil adalah ruang yang disiapkan untuk berbagi cerita tentang orang-orang yang kami pandang baik/penting untuk kita kenal.

Selain Jangka, beberapa hal lain ditambahkan juga. Sekitar Kita, yang semula ‘hanya’ akan diisi kegiatan-kegiatan literasi kemudian dibagi-bagi. Kami menemukan bahwa setiap kegiatan itu memerlukan ruang-ruang sendiri untuk penegasan konteks; Bincang Buku untuk kegiatan internal Klub Buku Petra, Acara untuk agenda kerja sama kami dengan pihak lain, Saya dan Buku untuk pengalaman personal para pembaca buku, dan terakhir Dari Sekolah.

Dari Sekolah adalah yang paling baru. Yayasan Klub Buku Petra mulai tahun ini melaksanakan salah satu rencana awal: agenda Bincang Buku Petra tidak hanya dilakukan oleh anggota klub buku tetapi oleh para pelajar. Rubrik ini diisi oleh peserta Bincang Buku Sekolah (itu nama program baru kami), dan Lolik Apung, pengelola kegiatan ini, menjadi penjaga gawang pertama sebelum tulisan para pelajar itu ditayangkan di Bacapetra.co.

Apakah sudah cukup? Tidak ada yang tahu. Di usia yang baru ini, siapa yang dapat menduga apa yang akan terjadi? Yang pasti, sejauh ini saya merasa bahwa Bacapetra.co telah berjalan dengan baik dan kami tumbuh bersama para pembaca dan penulis yang semakin hari semakin bertambah jumlahnya.

Kedua, Kerja dari Rumah

Sejak awal hingga saat ini, Bacapetra.co dikerjakan dari rumah masing-masing tim. Kami tentu saja memiliki kantor sekretariat, tetapi tempat itu adalah juga perpustakaan milik yayasan, tempat diselenggarakannya kegiatan bincang buku dan hal-hal administrasi umum Yayasan dan CV. Klub Buku Petra (yang mengerjakan Flores Writers Festival). Seluruh tim website ini mengerjakan tugasnya di rumah masing-masing, dan satu-satunya tempat kami berkumpul adalah WA Grup Redaksi Bacapetra. Media-media lain juga barangkali melakukannya.

Begitulah. Sebelum Work From Home (WFH) menjadi sehar-hari seperti sekarang ini, kami telah melakukannya. Bukan karena kesadaran bahwa pandemi akan segera datang, tetapi karena kami memang berada di tempat-tempat yang berbeda. Naimata, Kedutul, Benteng Jawa, Bitauni, Dongang, dan lain-lain adalah tempat kami tinggal; beda kota, beda kabupaten, beda pulau, masih seprovinsi. Untunglah, berbeda-beda tetapi tetap satu, to? Maksudnya, ketika pertama kali Bacapetra.co dilahirkan, kami sudah menyadari situasi ‘kerja dari rumah’ itu dan berkomitmen akan mengerjakannya dengan tekun sebab rasanya ini adalah mimpi yang sama. Berhasil? Secara keseluruhan, tim bekerja dengan baik.

Pada rubrik-rubrik tertentu, tulisan-tulisan memang kadang tidak hadir tepat waktu (bahkan tidak hadir sama sekali), tetapi bukan karena redakturnya tidak bekerja. Kami menemukan bahwa pada beberapa masa, tulisan yang masuk tidak berhasil mencapai standar redaksi. Memaksakan tulisan-tulisan seperti itu demi ‘tepat tanggal tayang’ bukan hal yang baik untuk perkembangan media ini. Paling banyak, situasi ini terjadi di rubrik Ulasan dan saat ini Marcelus Ungkang sedang menyiapkan catatan tentang apa yang sesungguhnya terjadi di sana. Juga kami temukan bahwa minat para pembaca membagi pengalaman personalnya atas buku yang telah dia baca ternyata tidak terlampau besar. Rubrik Saya dan Buku yang semula dipikirkan sebagai rubrik yang akan ramai nyatanya tidak begitu.

Meski demikian, dari rumah masing-masing, tim bekerja dengan etos terbaiknya dan semoga media ini benar-benar telah menjadi media yang baik sepanjang tiga tahun terakhir ini; semakin baik di usianya yang baru.

Ketiga, Honor Lebih Baik

Saya dan dr. Ronald Susilo membicarakan ini tiga tahun silam. Dokter Ronald adalah penanggung jawab media ini. Tahu maksudnya, to?

“Kita kasi honor yang baik, Kela,” katanya, “tolong Kela atur.” Pendiri Yayasan Klub Buku Petra ini mengaku siap untuk beberapa tahun pertama.

“Berapa, Nal?” tanya saya sekadar memastikan jumlah yang dapat disiapkannya setiap bulan, “sa harus hitung dengan untuk tim kerja ju e.”

“Yang baik e!”

Sebelumnya, bersama Maria Pankratia, saya telah sampaikan ke tim kerja bahwa saya memikirkan honor untuk mereka tetapi tidak besar. Yang saya pikirkan saat itu adalah honor redaksi sama dengan honor penulis–dihargai per mata kerja–dan mereka setuju.

Lalu ditetapkan. Dengan ‘klasifikasi umum’ bahwa puisi tidak lebih besar dari cerpen, ulasan dan karya terjemahan berada di antaranya, dan tidak diumumkan besarnya. Tulisan berdatangan, para redaktur bekerja, saya yang menjaga gawang paling akhir juga menggunakan masa-masa itu untuk melihat bagaimana media lain bekerja (menghargai para penulis ulasan, cerpen, puisi, dan karya terjemahan). Saya cukup yakin bahwa ‘harga’ awal kami itu baik dan keputusan itu dijalankan hampir tiga tahun sampai saya menyadari bahwa klasifikasi umum itu sebaiknya tidak kami terapkan. Saya percaya bahwa seorang penulis ulasan, cerpenis, penyair, dan penerjemah bekerja dengan ketekunan yang sama; kenapa dihargai berbeda?

Saya membicarakannya di tingkat yayasan (yang terdiri dari orang-orang yang sama juga termasuk saya sendiri sebagai ketuanya, hihihi) dan kami memutuskan bahwa memasuki usianya yang ketiga, setiap penulis akan mendapat honor yang sama: tiga ratus ribu rupiah setiap tulisan pada empat rubrik itu. Deal! Rubrik Saya dan Buku yang semula gratis, tahun ini seratus ribu rupiah. Mengapa tidak sama? Rubrik ini sesungguhnya diciptakan sebagai ruang tumbuh bersama; relasi penulis dan redaktur terjadi lebih personal dan diharapkan dapat melahirkan pembaca yang mulai berniat belajar menulis. Niatnya kira-kira begitu. Atau semacamnya. Yang pasti, di rubrik ini (yang sebelumnya para pengisinya mendapat kiriman buku di akhir tahun) kami ingin bertemu lebih banyak orang yang sedang ingin memulai. Berbeda dengan empat rubrik lainnya, kan?

Pemberlakuan honor baru yang kami anggap lebih baik ini dimulai per awal tahun 2022. Tiga bulan sebelum Bacapetra.co berulang tahun yang ketiga dan semoga akan terus terjaga sampai ulang tahun kesekian di waktu-waktu selanjutnya.

Begitulah. Tiga hal tadi terjadi sampai saat ini. Apakah hanya tiga? Banyak. Tetapi ini ulang tahun yang ketiga, kan? Tiga saja dulu. Hal lain akan saya ceritakan lagi pada ulang tahun berikutnya. Dan, saya sungguh berterima kasih karena Bacapetra.co telah melalui tiga tahun yang menyenangkan bersama seluruh pembaca dan penulisnya. Semoga kita menjadi (semakin) baik dengan membaca.

Salam


Foto: Dokumentasi launching Bacapetra.co di LG Corner Ruteng.

Baca juga:
Ambil Bagian dalam Usaha Penciptaan
Kejadian Tidak Biasa dalam Novel Orang-Orang Oetimu


Komentar Anda?