Menu
Menu

Salah satu alasan memilih lima lembar kertas pada logo Klub Buku Petra adalah percakapan malam itu di LG Corner Ruteng. Lima lembar kertas, lima tahun jalan bersama.


Oleh: Armin Bell |

Pemimpin Redaksi. Tulisannya yang lain ada di Ranalino.co.


1

Ada lima lembar kertas di logo kami. Klub Buku Petra dan Bacapetra.co. Daeng Irman, desainer grafis kami mengerjakannya lima tahun lalu. Ada beberapa konsep—yang tidak sangat banyak berbeda karena hanya pada jumlah kertas-kertas terbuka itu. Empat, lima, dan enam. Saya pilih lima.

“Kenapa lima?” tanya Daeng.

“Nanti kita cerita tentang hari ini,” jawab saya sekenanya.

Kalimatnya barangkali tidak persis begitu. Tetapi maksudnya begitu. Saya berutang cerita tentang jumlah lembar kertas itu dan sempat menceritakannya di dua edisi Jangka. Pertama pada tahun 2019 di “Semangat” dan kedua menjelang peringatan empat tahun Bacapetra setahun silam dalam “Lima Lembar Kertas”.

Saya ceritakan lagi sekarang, sebab ‘nanti kita cerita tentang hari ini’ tidak datang dengan aturan bahwa kau hanya boleh menceritakannya sekali saja. Setiap cerita bisa kau dengar/cerita berulang-ulang dan setiap kalinya adalah pengalaman yang berbeda. Bahkan jika ceritanya sama semata, pada penceritaan berikutnya beberapa hal akan bertambah; hal-hal yang tidak sempat kau bagi atau dengar pada kesempatan pertama atau kedua. Kau lalu ingat kisah Awan dan Kale dalam film besutan Angga Dwi Sasongko yang diambil dari novel flash fiction-nya Marchella FP: Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini—tentang pengalaman hidup baru, tentang patah, bangun, jatuh, tumbuh, hilang, dan yang lainnya lagi.

Lima tahun silam, dr. Ronald Susilo, pendiri Klub Buku Petra menawarkan kemungkinan baru dalam yayasan kami ini. Bincang Buku bulanan adalah hal yang baik, tetapi kenapa tidak mengerjakan hal lain yang (tentu saja) ada di jalur yang sama yakni literasi? Dia usulkan website sastra. Saya tertawa. Sebagai bloger bertahun-tahun, saya tahu betul bahwa ‘barang ini tidak mudah’.

“Bisa, Kela?” tanyanya.

“Saya coba kumpul-kumpul skemanya dulu e.”

Skema berarti orang, cara kerja, rubrikasi, nama, dan lain-lain, dan lain sebagainya. Juga uang.

“Jangan pikir soal biayanya. Nanti kita cari,” ujarnya lagi.

Oh, Marianus Ronald Susilo yang penuh semangat. Dia tidak tahu bahwa yang saya pikirkan tentang kita pada nada optimisnya adalah dirinya. Ya, Dokter Ronald yang datang dengan ide website sastra itu adalah orang yang harus memikirkan cara agar mimpi ini berjalan.

“Saya kira bisa. Tapi saya tidak mau ini hanya bisa berjalan satu atau dua tahun. Kalau kita mulai, minimal dia akan berjalan lima tahun!” Saya bilang begitu agar dia sedikit mengerem usulan barunya itu sebab mengurus program rutin Bincang Buku saja dia sudah cukup banyak berkorban setiap bulannya: potongan ongkos kirim buku dan konsumsi saat program berjalan. Dia tidak rem. Dia gas.

“Siap, Kela! Lima tahun? Bisa!”

Astaga! Orang ini …

Maka jadilah terang dan pagi, hari ke-1.825. Bacapetra mencapai usianya yang kelima pada tanggal 20 Maret 2024. Salah satu alasan memilih lima lembar kertas pada logo Klub Buku Petra adalah percakapan malam itu di LG Corner Ruteng, titik kumpul Klub Buku Petra pada masa-masa awal resmi menjadi yayasan. Harus jalan minimal lima tahun.

Lalu cerita bergerak ke banyak tempat. Dokter Ronald, Armin Bell, Maria Pankratia, Marcelus Ungkang, dan Daeng Irman. Berlima (meski tidak termasuk alasan jumlah kertas pada logo kami) mulai memikirkan orang-orang yang akan diajak terlibat mengerjakan mimpi ini. Dan, terima kasih dunia jejaring. AN Wibisana, Mario F. Lawi, Felix Nesi, dan Oliva Sarimustika Nagung bersedia bergabung. Setahun sebelum Covid-19 menyerang, kami mulai membiasakan diri bekerja secara daring dan sampai sekarang melakukannya. Pengalaman menyelenggarakan zoom meeting pada masa pandemi itu melengkapkan cara kami bekerja hingga kini. Dua orang berikutnya masuk dalam tim pada hari-hari berikutnya. Reynov Christian dan Lolik Apung.

2

Ada lima hal yang telah terjadi di Klub Buku Petra sampai saat ini. Bincang Buku (Petra dan Sekolah), Bacapetra.co, Nadus dan Tujuh Belas Pasung, Flores Writers Festival, dan Perpustakaan dan Kedai Buku Petra.

Nadus dan Tujuh Belas Pasung adalah buku kumpulan cerpen yang mengusung tema orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Antologi cerpen yang diluncurkan pada tanggal 27 September 2020 merupakan proyek bersama Klub Buku Petra dan Klinik Jiwa Renceng Mose. Buku ini berisi cerpen-cerpen karya penulis NTT hasil Lomba Cerpen ODGJ yang diselenggarakan dalam rangka lustrum (perayaan lima tahun) Klinik Jiwa Renceng Mose berdiri di Ruteng. Beberapa cerpen di dalamnya bukan dari peserta lomba tetapi karya cerpenis NTT yang secara khusus diminta terlibat. Nadus dan Tujuh Belas Pasung diterbitkan oleh Dusun Flobamora, salah satu komunitas sastra yang berperan penting dalam geliat literasi di NTT.

Kedai Buku Petra adalah salah satu lini usaha di bawah yayasan kami–bekerja sama dengan Patjar Merah; sebuah toko buku kecil yang dikerjakan dengan semangat besar: menebar benih baca di Ruteng dan sekitarnya. Eh, sebentar. Ada perpustakaan, ada kedai. Ini konsepnya bagaimana? Hmmm … Perpustakaan adalah pekerjaan membangun jejaring membaca sedangkan kedai adalah membangun kebiasaan ‘membeli agar membaca’. Nanti kita cerita tentang ini. Tetapi sebagai gambar pembuka, bolehlah kalian mampir ke tulisan lain: Cukup Sudah Bagi-Bagi Buku Gratis, Maria!

Bincang Buku ada dua. Pertama, Bincang Buku Petra. Diadakan sekali dalam sebulan di Perpustakaan Klub Buku Petra. Ini adalah embrio seluruh kegiatan kami. Tahun 2013 silam, jauh sebelum Klub Buku Petra menjadi lembaga resmi berbentuk yayasan, beberapa penggemar sastra berkumpul setiap bulan dan berbagi komentar tentang satu novel. Kegiatan itu bertahan sampai saat ini. Pesertanya terus bertambah, selanjutnya dikenal sebagai Anggota Klub Buku Petra; bukan orang-orang di dalam yayasan tetapi menjadi bagian dari keluarga besar ini. Kedua, Bincang Buku Sekolah. Program ini mirip dengan Bincang Buku Petra tetapi terjadi/dilakukan di sekolah-sekolah. Kedua Bincang Buku ini kini mendapat dukungan dari Gramedia Pustaka Utama; mereka menyediakan sejumlah buku dan kami membincangkannya. Sebuah capaian yang menyenangkan.

Bacapetra.co adalah ruang ini dan Flores Writers Festival adalah ruang kami yang lain. Cerita tentang festival sastra di Flores ini dapat diikuti via tautan ini.

3

Ada lima pihak yang terlibat dalam perjalanan Bacapetra sampai saat ini. Pengelola: orang-orang yayasan; Redaktur: orang-orang di balik meja redaksi; Penulis: orang-orang baik yang percaya bahwa tulisannya sebaiknya terbit di Bacapetra.co; Pembaca: orang-orang yang setia berkunjung yang tahu bahwa kita akan lebih baik dengan membaca; dan Pendukung: orang-orang yang dengan caranya masing-masing telah bersama-sama kami selama ini.

Tanggal 20 Maret 2024, media ini tiba di ulang tahunnya yang kelima. 20 Maret adalah Hari Dongeng Sedunia. Saya ingat. Ketika memutuskan ‘hari lahirnya’, kami memilih tanggal itu dengan sadar: Bacapetra ingin jadi bagian dari perayaan besar bernama World Storytelling Day. Hanya agar sama-sama ada di jalan cerita, sama-sama belajar bercerita, sama-sama mengenang cerita-cerita masa kecil yang darinya kita tumbuh: dongeng.

Beberapa saat menjelang ulang tahun kelima Bacapetra, saat hendak mendesain logo perayaan lima tahun Daeng Irman menanyakan tema pesta kami tahun ini. Jalan Bersama, Daeng. Saya bilang begitu. Selain bahwa ulang tahunnya bersamaan dengan Hari Dongeng Sedunia, tema Jalan Bersama datang dari kesadaran bahwa kami tidak sendiri selama lima tahun terakhir ini. Ada penulis dari semua arah mata angin, ada buku dengan beragam bentuk, ada pembaca dengan aneka selera. Media sastra yang datang dari NTT ini telah membuat kita boleh jalan bersama, berjalan bersama-sama.

Dan (semoga ini tidak berlebihan), Bacapetra itu jalan milik bersama, jalan kita semua. Ke mana? Bisa ke mana saja. Sebagai salah satu jalan ke Roma yang diceritakan Idrus barangkali, atau sebagai jalan pulang ke diri kita sendiri; kita melaluinya agar kita tiba di tujuan kita masing-masing. Kami menyiapkannya di kota kecil bernama Ruteng, tetapi Bacapetra sesungguhnya adalah milik bersama.

4

Ada rencana-rencana yang kami buat lima tahun lalu. Di dalamnya kami membayangkan tulisan-tulisan bagus yang akan mengisi halaman-halaman media ini. Yang kami bayangkan benar-benar terjadi. Betapa senang mengalaminya. Lalu merayakannya. Dengan buku. Maka terjadilah demikian.

Sebagai bagian dari perayaan lima tahun Bacapetra.co, kami bekerja sama dengan Gramedia. Akan terbit dua buku: antologi cerpen dan antologi puisi. Diseleksi dari semua cerpen dan puisi yang pernah tayang di media ini oleh AN Wibisana, Theoresia Rumthe, dan dr. Ronald Susilo.

5

Ada ribuan hal di kepala saya ketika hendak mulai mengerjakan Jangka kali ini. Tidak banyak yang akhirnya bisa saya ceritakan. Sebab barangkali begitu. Kau tidak bisa melakukan semua hal sekaligus. Tahap demi tahap. Maraton: terus menerus (tanpa berhenti); hanya sesekali mengurangi kecepatan untuk mengambil air minum di tangan orang-orang baik di pinggir lintasan agar energi terjaga. Jalan masih panjang. Jalan kita semua. Saya ambil jeda, sampai jumpa di Jangka berikutnya.[*]


Baca juga:
Melihat Lokalitas dalam Nadus dan Tujuh Belas Pasung
Belajar Membaca


7 thoughts on “Jalan Bersama”

  1. didik siswanto berkata:

    alur cerita nya dapat…????pembawaan emosional nya ngena, dan penuh kesabaran…
    Mantab kerenn…????????

  2. Rangga berkata:

    Keren bree

  3. Umy berkata:

    Bagus ceritanya

    1. Apsi Gjls berkata:

      Menguji kesabaran yah ????

  4. Darli berkata:

    keren banget emosi sangat dipermainkan sepanjang membaca cerita ini

  5. Bella berkata:

    pemilihan kata yang bagus dan juga alur cerita yang sangat tidak terduga

    1. Putra berkata:

      Kerenn alur ceritanya

Komentar Anda?