Menu
Menu

Kematian bagi para pahlawan mendatangkan kemasyhuran.


Oleh: Mario F. Lawi |

Redaktur Terjemahan Bacapetra.co. Bergiat di Komunitas Sastra Dusun Flobamora. Menulis puisi dan sesekali menerjemahkan, terutama puisi-puisi para penyair yang menulis dalam bahasa Latin.


Pada Agustus 2022, Penerbit Gambang Buku Budaya menerbitkan terjemahan puisi epik Iliad karya Homeros, yang dikerjakan oleh Kusno Widodo. Untuk menerjemahkan teks Iliad dari bahasa Inggris, sesuai pengakuan, sang penerjemah memperoleh 31 teks Iliad dalam bahasa Inggris, dan membaca 18 di antaranya secara intensif, serta dipengaruhi oleh sembilan teks Iliad (2022: xv). Sepanjang pengetahuan saya, inilah terjemahan Indonesia pertama atas Iliad yang dikerjakan dalam bentuk puisi.

Kemarahan

Kisah Iliad saya kenal pertama kali semasa SMP, lewat film Troy (2004), adaptasi lepas atas epik tersebut. Adaptasi tersebut dibuka dengan usaha Agamemnon dan pasukannya untuk menundukkan Thessalia. Pembuka Troy juga menunjukkan perselisihan antara Akhilleus dan Agamemnon di medan tempur Thessalia, hal yang menjadi salah satu pengaruh utama kekalahan dan kematian begitu banyak pasukan Yunani di Troia nantinya.

μῆνιν ἄειδε, θεὰ, Πηληϊάδεω Ἀχιλῆος
οὐλομένην, ἣ μυρί᾽ Ἀχαιοῖς ἄλγε᾽ ἔθηκε,
πολλὰς δ᾽ ἰφθίμους ψυχὰς Ἄϊδι προΐαψεν
ἡρώων, αὐτοὺς δὲ ἑλώρια τεῦχε κύνεσσιν
οἰωνοῖσί τε πᾶσι, Διὸς δ᾽ ἐτελείετο βουλή,
ἐξ οὗ δὴ τὰ πρῶτα διαστήτην ἐρίσαντε
Ἀτρεΐδης τε ἄναξ ἀνδρῶν καὶ δῖος Ἀχιλλεύς.

Bernyanyilah, o Dewi, tentang kemarahan Akhilleus putra Peleus,
Yang mendatangkan sengsara hebat bagi orang-orang Akhaia,
Mengirimkan banyak jiwa pahlawan berani ke Hades,
Dan menjadikan jasad mereka santapan anjing-anjing
Dan burung-burung pemakan bangkai; terpenuhilah rencana Zeus,
Sejak pertama kali keduanya bertengkar dan berpisah,
Putra Atreus sang raja yang manusiawi, dan Akhilleus yang ilahi.

(Homeros, Iliad, buku 1, baris 1-7, terjemahan dari saya)

Demikianlah Iliad dibuka. Kata pembuka “menis”, kemarahan, adalah sebuah kata sakral yang dampaknya berpengaruh sepanjang puisi, dan kian memuncak setelah kematian Patroklos. Sebagai rangkuman epik, tujuh baris awal tersebut menyampaikan hal-hal penting yang kelak kita peroleh sepanjang epik: dampak kemarahan Akhilleus, baik terhadap orang-orang Yunani, maupun terhadap orang-orang Troia; penghormatan dan penistaan terhadap jasad para pejuang yang tewas; serta pemenuhan takdir yang didahului oleh kematian musuh.

Dampak langsung dari kemarahan Akhilleus adalah kematian dan kekalahan pasukan Yunani. Akhilleus absen dari sebagian besar pertarungan, setidaknya sampai kematian Patroklos, tetapi dampak dari kemarahan awalnya terhadap Agamemnon menelan banyak korban dari pihak Yunani.

Kematian Patroklos meningkatkan dan mengubah dampak kemarahan Akhilleus. Jika sebelumnya, kemarahan Akhilleus hadir sepanjang puisi tanpa perlu melibatkan Akhilleus, setelah kematian Patroklos, Akhilleus secara langsung menunjukkan kemarahannya di medan pertempuran. Hektor dibunuhnya, dan jasad Hektor diseret dengan kereta untuk dinistakan selama berhari-hari.

Dalam formulasi berbeda, Leonard Muellner menyatakan bahwa kemarahan Akhilleus berubah, sesuai target sosialnya. Bagi orang-orang Yunani, ketidakhadiran Akhilleus di medan perang membuat kemarahannya hadir sebagai atribut. Setelah kematian Patroklos, dan Akhilleus sendiri ikut bertempur, kemarahan Akhilleus berubah menjadi metafora. Dengan demikian, sasaran sosial dari kemarahan yang bersifat metaforis tersebut dipindahkan dari orang-orang Yunani kepada orang-orang Troia (untuk kajian komprehensif tentang “menis”, baca Muellner, The Anger of Achilles: Menis in Greek Epic, 1996).

Kematian

Iliad adalah puisi epik. Karena itulah, pertarungan dan deskripsi kematian yang rinci difokuskan Homeros kepada tokoh-tokoh besar, baik dari pihak Yunani maupun dari pihak Troia. Meski demikian, sebelum membawa para pembaca kepada duel demi duel, Homeros menampilkan gambaran kolosal tentang barisan pasukan di buku 2 (baris 538-559 versi Indonesia, baris 455-473 versi Yunani), sebelum katalog pasukan Yunani diuraikan di baris-baris selanjutnya.

Itulah rincian yang mengantarkan kita kepada pertarungan yang penuh deskripsi, citra visual, aural dan taktil, serta brutalitas yang tak tanggung-tanggung. Seorang pangeran bertarung melawan raja, pangeran melawan panglima, dan seterusnya. Pertarungan para tokoh kunci diatur secara bertahap, dari pertarungan-pertarungan kecil, sampai ke pertarungan penentuan terbesar antara Akhilleus dan Hektor.

Homeros tidak pernah melewatkan menggambarkan detail luka-luka yang diterima para korban, entah yang selamat, maupun yang tewas. Meskipun menurut legenda Homeros adalah seorang buta, visualitas dalam epiknya adalah hal yang paling menarik perhatian. Bagian paling mengagumkan dari aspek tersebut adalah ekphrasis di buku 18 ketika ia menggambarkan detail pemandangan di perisai Akhilleus. Visualitas yang rinci mungkin menjadi anugerah dalam kebutaannya, seperti Tiresias yang mampu melihat jelas benang takdir justru setelah matanya buta karena melihat Athena telanjang, sebagaimana dicatat penyair Kallimakhos dalam “Himne 5”.

Dalam Iliad, kematian para petarung ditampilkan secara bervariasi, entah melalui ungkapan-ungkapan yang menunjukkan kondisi lenyapnya cahaya, sampai gambaran-gambaran realistis dan brutal. Kengerian penderitaan yang dilukiskan Homeros bahkan membuat adaptasi-adaptasi semacam Troy menjadi halus. Hektor yang tewas diseret dengan tali yang diikatkan ke urat daging tumitnya. Setelah tiba di kamp Yunani, jasadnya ditombak berkali-kali oleh para prajurit Yunani. Para dewa memang mengawetkan jasadnya sampai saat Priamos mengambilnya kembali, tetapi gambaran sadistik perlakuan orang-orang Yunani, terutama Akhilleus, terhadap jasadnya, menutupi gambaran tentang kasih sayang para dewa. Dalam adaptasi Troy, tali diikatkan Akhilleus ke pangkal kaki Hektor, bukan ke urat tumit yang dilubangi. Adegan penikaman jasad Hektor dengan tombak oleh para prajurit Yunani pun lenyap dalam adaptasi.

Penyeretan Hektor dengan kereta perang oleh Akhilleus adalah bentuk penistaan terhadap tubuh, salah satu topik yang mengemuka sepanjang puisi. Keadaan tersebut memang telah diantisipasi oleh baris 4-5 buku 1. Jasad yang dimakan anjing dan burung pemakan bangkai adalah jasad yang ternista, sebagai oposisi dari jasad yang dibakar dan dihormati secara layak dalam upacara. Penistaan tersebut adalah oposisi dari “kleos”, kemashyuran, salah satu tema sentral epik.

Tingkat penistaan terhadap korban duel yang sering kita temukan dalam Iliad adalah diambilnya baju dan perlengkapan perang si korban. Jasad biasanya akan terbengkalai di medan perang dalam keadaan telanjang, menjadi sasaran empuk bagi anjing-anjing dan burung-burung pemakan bangkai. Itulah alasan mengapa para prajurit Yunani berusaha mati-matian mempertahankan jasad Patroklos agar jangan sampai direbut musuh. Penghargaan yang pantas terhadap pahlawan yang gugur adalah upacara kematian yang layak. Dalam keadaan terbengkalai di medan perang, seorang prajurit tidak akan memperoleh upacara kematian layak, guci yang berisi tulang-belulangnya tidak akan dikuburkan secara pantas, dan dengan demikian, ia berpotensi untuk terlupakan dari ingatan orang-orang yang masih hidup.

Kemasyhuran

Emily Vermeule dalam Aspects of Death in Early Greek Art and Poetry (1979), berpendapat bahwa salah satu tema dalam Iliad, selain perang, adalah upacara pemakaman. Bagian akhir epik berisi upacara pemakaman untuk Patroklos dan Hektor. Upacara pemakaman Hektor bahkan menutup epik tersebut. Vermeule menulis, “Upacara pemakaman yang layak mengonfirmasi nilai dari karya-usaha yang dikerjakan seseorang selama hidupnya, dan dalam aspek tertentu, melepaskannya dari perjuangan tersebut.”

Dengan kata lain, kematian bagi para pahlawan mendatangkan kemasyhuran, “kleos”, aspek yang juga dipilih oleh Akhilleus. Kematian Akhilleus sebagai syarat bagi si tokoh utama untuk meraih “kleos”, yang dalam epik diperbandingkan dengan “nostos” (pulang), tak luput dari ramalan dan campur tangan para dewa.

Sepanjang puisi, manusia-manusia yang berperang adalah bidak di papan catur para dewa. Para dewa kadang ikut bertempur membela masing-masing kubu, kadang nubuat-nubuat para dewa membayangi takdir yang akan dialami oleh para tokoh penting puisi. Tingkat ketegangan duel-duel yang terjadi sepanjang Iliad kian meninggi seiring perjalanan puisi, dan menjadi mata rantai penghubung antara campur tangan para dewa dengan kemarahan dan keinginan balas dendam para pahlawan.

Bocoran-bocoran yang tampil sebagai nubuat sepanjang puisi memberi tahu kita bahwa Akhilleus akan mati jika ia membunuh Hektor. Sejak buku ke-16, kita menemukan penghubung antara para tokoh yang berhadapan satu sama lain dengan takdir kematian yang menyusul mereka. Setelah membunuh Sarpedon, Patroklos tewas di tangan Hektor. Setelah membunuh Patroklos, Hektor tewas di tangan Akhilleus. Epik memang ditutup dengan upacara pemakaman Hektor. Namun, ratusan tahun kemudian, penyair Ovidius mengabarkan kepada kita, di akhir buku 12 puisi Metamorfosis, bahwa Akhilleus memperoleh “kleos” yang dikehendakinya, setelah anak panah Paris mengirim sang Aristos Akhaion ke Hades.


Daftar Bacaan:

Callimachus. 2015. The Hymns. (Penyunting: Susan A. Stephens). New York: Oxford University Press.

Homer. 2003. The Iliad. (Penerjemah: George Chapman). London: Wordsworth Classics.

Homer. 2022. Iliad. (Penerjemah: Kusno Widodo). Yogyakarta: Gambang Buku Budaya.

Homerus. 2006. Ilias. Volume I, Rhapsodiae I-XII. (Penyunting: Martin L. West). Munchen & Leipzig: K. G. Saur Verlag.

Muellner, L. 1996. The Anger of Achilles: Menis in Greek Epic. Ithaca & London: Cornell University Press.

Ovidius. 2000. Metamorfosi. Opere di Publio Ovidio Nasone, Volume terzo. (Penyunting: Nino Scivoletto). Torino: UTET.

Vermeule, E. 1979. Aspects of Death in Early Greek Art and Poetry. Los Angeles, Berkeley & London: University of California Press.


Baca juga:
Lelaki yang Membatukkan Bunga
Situasi-Situasi Batas


10 thoughts on “Kemarahan, Kematian, dan Kemasyhuran”

  1. Samudra berkata:

    Sangat penuh emosional,menyala????????????

  2. Ian berkata:

    Ceritanya sangat bagus dan memiliki makna yg sangat mendalam dan juga memiliki kata dengan arti tersendiri

  3. Sensen berkata:

    Mantap keren banget

    1. fiannisa faris berkata:

      cerita sangat baguss dan menarik sekali, untuk alur nya juga lumayan seru tidak bertele tele dalam cerita nya!

  4. newii berkata:

    baguss, dan mempunyai berbagai ilmu

  5. Shellaa berkata:

    Ceritanya bagus bgt!!mengajarkan kita bahwa apapun yang kita peroleh nikmati segala kesulitannya

  6. Fikar berkata:

    KATA KATA YANG BERMAKNA

  7. renn berkata:

    Sangat terharu membaca ini, makna nya sangat dalam

  8. Derry Rival Doean King berkata:

    Bagus, mengajar kan sesuatu yang belum saya ketahui

  9. Aeraaaa berkata:

    Kematian memiliki banyak arti tetapi tetap saja kehilangan termasuk didalamnya. Tidak pernah datang kembali itulah kematian. Kenangan yang indah hanya tinggal kenangan dan ingatan yang seiring berjalannya waktu akan menghilang dengan sendirinya.

    Jangan lelah mengingat semua orang yang telah memberikan kenangan indah untukmu tapi ingatlah ia bahwasanya ia pernah hadir walau hanya sekedar membuat kisah.

    Kisah singkat yang menjadi seluk-beluk aku-kamu menjadi kita, kukira kasih sayang ku sudah cukup ternyata tuhan mu lebih dalam memberikannya kepadamu..

Komentar Anda?