Sebelum Kematian; Loner; Mitos Sisifos; Oppenheimer; Contritus; Loop.
Oleh: Bayu Pratama |
Mukim di Mataram. Sehari-hari bekerja di salah satu surat kabar lokal dan bergiat di Komunitas Akarpohon.
sebuah pintu
tanpa ketukan
tanpa ketakutan-ketakutan
di baliknya
suara yang kukenal; batuk ibu
dan napasnya yang lelah
membentur dinding
sebelum kaca pecah
apakah kebingungan
juga menjadi kenangan
seperti pertanyaan
siapakah orang pertama
yang menemukan cinta
dalam luka; ingatan-ingatan buruk
mengunci diri
bersama masa kanak
tempat burung-burung terbang lepas
di langit yang melepaskan diri dari biru
(sebelum hinggap)
di pepohonan yang melepaskan diri
dari hijau musim semi
tempat matahari menyala
abu-abu
tanpa bunyi
derak kematian. saat pintu terbuka
begitu lebar
menunjukkan
ruang hampa
.
sebelum Narkissos menyodorkan wajahnya
pada muka air itu. ditatapnya langit
yang biru. begitu biru
tanpa dirinya atau siapa pun juga
dan seketika Narkissos
mendengar cinta
berdenging
di antara keluasan
yang ditatapnya
perasaan sepi membangun kuil
bagi bunga-bunga daffodil
.
di telapak tangannya ada mata
terus membuka. memastikan malam
masih lunglai dalam usaha melawan
pagi yang datang mengangkat kabut. menyibak
kerja-kerja pria. mekanika sempurna
dari batu pertama
yang bergulir menuruni bukit. mematahkan
tungkai pemahamannya pada tuhan dan kekekalan
di sebuah hari baru. tanpa keyakinan
.
apakah ia berhasil menciptakan matahari?
ditatapnya tangan sendiri
dan tak didapatinya api—atau bayangan api
di gurun itu
ia terus bertanya apakah kematian
sesuatu yang dingin (barangkali pucat)
seperti Hiroshima dan Nagasaki?
maka dibayangkannya suara-suara
mengepul di udara
di antara kebisuan
tanpa nyala
tempat gerak-lidah Krishna
meledak berulang-kali
.
– Lyra
mudah saja mengosongkan pikiran demi mendengar lebih jelas suara malaikat; materi yang begitu gelap, seperti kesedihan yang memadat setelah gagal terurai begitu lama. sebab ide tentang kematian yang singkat telah membawa pada takdir lain dengan pola serupa: sobekan besar muncul bersamaan dengan apel yang tanggal, tanpa ular, tanpa ada yang tinggal untuk disalahkan.
– Marisa Coulter
tidak ada yang mengerti berapa wajah yang perlu disiapkan untuk menyeberangi lembah para penyihir, demi mengatur jarak paling pas antara jiwa dewasa dan kebodohan yang selalu belia; cinta. terasa seperti pasir yang mendesir di antara sendi; bunyi yang berusaha sembunyi pada tiap-tiap upaya mencabut akar iman yang berserabut di tulang punggung.
– Lord Asriel
sebelum tubuh mengaku lelah pada badai utara, harus ditemukan kastil di antara cahaya—di langit—bintang-bintang merendah dan mungkin disinggahi. hanya saat itu. hanya saat itu jangkar bisa dilepas demi rencana menemukan tangga ke tempat yang tepat; mengganti iman dengan baju besi. menyeberang ambang dari peperangan yang telah dikenali ke peperangan yang ingin dicari.
.
dinantikannya penghukuman
setelah penghakiman. neraca
terlampau adil menimbang dosa
kesalahan-kesalahan mengobarkan
api neraka. meretak tulang
menghangatkan tujuh puluh ribu malaikat
merentang sayap. mengirim bunyi
yang lebih fasih menyayat dari belati
memastikan dirinya terkoyak
terpisahkan kulit dari daging
dan daging dari kesia-siaan
.
sekali lagi. udara dingin menggiring
ke tepian lain. tempat pagi membuka
mata bagi hari yang tak bertepi. sekali lagi
sekali lagi. kabut yang turun dari kelindan
kemungkinan. rasa nyeri
memaksakan mimpi. sekali lagi
sekali lagi. membayangkan sebelum siang
hari menjadi sebesar kelingking jari. menjelajahi
belukar dunia. berduri. sekali lagi
Ilustrasi: Foto Kaka Ited, diolah dari sini.
Baca juga:
– Puisi-Puisi Ricky Ulu – Perempuan Memilih Warna
– Puisi-Puisi Mutia Sukma – Pasar Gede
– Puisi-Puisi Khoer Jurzani – Maharani