Perairan Talango-Kalianget; Bintaro; Mata Penjala; Istana Pasir; Obituari Gersik Putih – Semua yang Kita Cintai Kelak Bakal Terampas.
Oleh: Daviatul Umam |
Lahir dan tinggal di Sumenep, Madura. Menulis puisi, cerpen, dan esai. Kini bergiat di Komunitas Damar Korong, Sumenep. Buku puisinya yang telah terbit bertajuk Kampung Kekasih (2019). Bisa disapa melalui akun @daviatul.umam di Instagram.
telah kukerahkan sepasang tongkang serta
sejumlah biduk buat orang-orang sibuk itu.
di atas tubuhku, mereka dan waktu saling
buru. sedang di antara keduanya, keinginan
dan rahasia saling memunggungi. kuurapi
kepala mereka dengan serbuk cahaya yang
terbuat dari parutan bara. pemberangkatan
telat dan pelayaran melambat. kegelisahan
menguap, mulut-mulut merutuk, mengutuk
jarak yang ringkas, penantian yang jenjang.
mereka merindu anak suramadu sebelum
terlalu banyak waktu dimangsa gelombang,
sebelum biaya hidup semakin tak beradab
dan ongkos penyeberangan kian menindas.
sementara suara garau buruh laut menakik
langit. langit pun paham, cuaca buruk akan
mengamuk, menumbangkan apa dan siapa
saja. pulau poteran akan menenggelamkan
diri, sebagaimana madura menjadi tumbal
atas api berahi dan keterbuaiannya sendiri.
Sumenep, 2023
. Semua yang Kita Cintai Kelak Bakal Terampas
sore itu aku memastikan kabarmu. sifat
pasir belum berubah. serpih-serpih kasih
masih seputih buih. para pelancong tetap
berlabuh di batas gelombang yang sama:
warna, asin dan amis yang luput terjarah.
segara tengah memulihkan diri, berupaya
memulangkan kepercayaan para nelayan
yang sempat terseret limbubu ke nun jauh.
jauh ke riuh ego, bentang ilusi tak bertepi.
seperti ada yang bergelantungan di ujung
rumbai daun-daun nyiur, antara bertahan
dan lepas tersungkur. tapi angin tak hirau.
kulempar batu-batu kecil ke gigir ombak.
agar perahu-perahu yang tertambat pada
dadamu dapat memahami kertak dadaku.
kulempar bimbang ke kedung air pasang.
agar seluruh binatang laut memakannya
dan apa yang kucemaskan tak jadi nyata.
Sumenep, 2023
. Semua yang Kita Cintai Kelak Bakal Terampas
: Mama’
laut yang garang bersarang di dua lingkar
matanya. menerjang malam, menggulung
demam. jemarinya terlalu akrab menjalari
jala, menyirat angan-angan yang terkoyak.
laut yang selalu gusar itu tak pernah letih
berselisih dengan suatu hal di luar dirinya.
ia pun tak mau mengalah pada siapa pun
yang mencoba membuat mimpinya surut.
hanya langit yang boleh padam dan nyeri
kenyataan menjinak. tetapi di lamur mata
itu, laut tetap biru menyala dan menyalak.
cuma tiang-tiang layar yang boleh sangsi
di hadapan sakal. batu karang yang diam
di dadanya betapa yakin bahwa ikan-ikan
akan senantiasa pulang ke palung nestapa.
Sumenep, 2023
. Semua yang Kita Cintai Kelak Bakal Terampas
: Fatin Nishrina Qalby
untuk pertama kalinya kita menginjakkan
seluruh beban ke punggung pantai, lantai
yang alangkah pandai menggoda telapak
kaki kita dan kita jadi tahu bumi yang kita
pijaki ternyata tidak terlalu buruk dan keji.
kau terlampau terpukau pada kemesraan
pasir yang dipermainkan sapuan lidah air,
hingga tubuh-tubuh legam yang baru saja
turun sampan gagal merasuki ingatanmu.
jari-jarimu tampak gemas meremas pasir
basah, menyusunnya seolah membangun
istana yang diharapkan berumur panjang.
kau terlampau mencintai dedak pasir dan
riak air, tanpa khawatir—semua yang kita
cintai kelak bakal terampas sebagaimana
senja (pujaan penyair itu) perlahan karam.
Sumenep, 2023
. Semua yang Kita Cintai Kelak Bakal Terampas
: Kiai Dardiri
beginilah akhirnya. lukamu mengembang
dan tiada henti digarami, seirama tambak
yang terus menggerus ruang-ruang gerak.
nanah yang bergumul di balik ngarai luka
itu tidak lain peluh keruh buruh musiman,
dicekal perusahaan dengan upah murahan.
bau anyir yang menguar adalah kegetiran
janda-janda tua menuruni bibir samudera.
mencari kepiting, rajungan, kerang, tiram,
yang setia menunggunya sebelum binasa.
beginilah akhirnya. kau akan menghadapi
kekalahan demi kekalahan dengan merah
luka yang menolak lindap. hingga tak ada
lagi ungkapan belasungkawa paling tepat.
Sumenep, 2023
Ilustrasi: Foto Kaka Ited, diolah.
Baca juga:
– Puisi-Puisi Iin Farliani – Paling Pudar dari Kata
– Puisi-Puisi Sengat Ibrahim – Ibrahim Apa yang Ingin Kau Tulis?
– Puisi-Puisi Arif Purnama Putra – Ingatan Pulang
Wow sumenep