Menu
Menu

Aku Mendengar Dua Jantungmu; Kalau Kau Pulang, Mey; Serenade; Bagaimana Kata Menikam Kedalaman Air; Paling Pudar dari Kata; Kata yang Berang, Kata yang Tertawan; Seteru Kata


Oleh: Iin Farliani |

Telah menerbitkan dua buku yaitu kumpulan cerita pendek Taman Itu Menghadap ke Laut (2019) serta kumpulan puisi Usap Matamu dan Ciumlah Dingin Pagi (2022). Sejak 2013 aktif berkegiatan sastra di Komunitas Akarpohon. Tahun 2022 ia mengikuti dua festival sebagai emerging writer di Makassar International Writers Festival (MIWF) serta Ubud Writers & Readers Festival (UWRF).


Aku Mendengar Dua Jantungmu

di bawah semua
yang menipiskan udara rumah
terimalah sepasang anting ini
melubangi telingamu

kau mengira pertemuan itu
belum merah benar
anak-anak sembunyi dari kilau tustel
ibu mengusir hantu-hantu
dan seorang paman bercerita
perihal kapal pesiar

usia disalibkan
pada lilin kue tar
mengheningkan tepuk tangan
dalam album
pesta terbelah
sebagai ganti nyala api
kau meminta satu seruan lagi
di tepi, suntuk menabur
doa-doa karam

satu seruan lagi! itu berarti kidung panjang
akan menemani tidurmu
dalam kubangan kado
semata gelap, semata hitam
yang kaulihat di potret
berpuluh tahun kemudian
warna-warna dilepas darinya
keriuhan dalam bingkai lapuk
degup terhitung
dari sebuket jamur

2022

. Iin Farliani – Paling Pudar dari Kata

Kalau Kau Pulang, Mey

kalau kau pulang, Mey
panas beranda
masih terhalang tirai kayu itu
palang pandang ke arah ladang
nyamuk tropika membuat merah pahamu
darah menetas
menyucikannya
seakan mengapung mencapai meridian
keleluasaan bumi
ketika malam berbaring di beranda
apakah dari kejauhan kita menyala
bagai kedipan seirios
terang rasi lyra
spektrum tak berhingga
benda-benda langit
yang tiba dari buku-buku ipa
milik ayahmu, seorang guru

Mey, kalau kau pulang
sehitam apa
dukacita yang kau bawa
hari-hari terlambat mekar
kapak tertancap di beringin
adakah sadapannya menyamai lukamu?
sepekat asap pembakaran sampah
benturan bunyi keramik tak terputus
musim gugur
yang kehilangan
cacat daun

kau tuang
kisah lama ini
ke dalam raga yang penuh
perkabungan
mendirikannya setegak patung batu
kalau kau pulang, Mey
biarkan pekabaran itu
hanya tiba sebagai
huruf-huruf mati
di secarik surat

2023

. Iin Farliani – Paling Pudar dari Kata

Serenade

serenade itu terdengar
dari sekolahmu, Mey
berapa batang mangga
yang sudah kau cangkok
tenanglah, reptil itu hanya hidup dalam mimpimu
meditasi sore akan menghanyutkan ketakutanmu
jauh sebelum semua mengering
mata kelinci yang tiba di pagimu
mengantar kelembutan
seperti kuntum bunga yang tumbuh dari kanvas
kau akan belajar menuai pesemaian
dengan batang yang tumbuh sembunyi
mekar dan gugur di tidurmu
jauh sebelum semua berakhir
di kata penutup sajak ini

2023

. Iin Farliani – Paling Pudar dari Kata

Bagaimana Kata Menikam Kedalaman Air

kata terhapus
sebelum menyentuh sebentang belukar
kehilangan menyaru
amuk terik menanam sesat
di belahan batang bakau

bagaimana kata
menikam kedalaman air ini
mencium harum luruh
terik menggigit
kulitku, jemariku,
berenang dalam setengah terang

bila tak lebur di perjamuan
meminta seteguk kata
isyarat menjelang punah
tak cukup ditangkap
dengan haru yang sembunyi
di lipatan kelopak

temui aku yang gagu memilih kata
temui aku yang memikatnya
sekali lagi dengan perayaan
luka sayatan
punggung yang dihitamkan sinar

telah dihabiskan di sini
tubuh yang bekerja
mengurai kata
telah dihabiskan
paras yang mungkin ditatahkan

2022

. Iin Farliani – Paling Pudar dari Kata

Paling Pudar dari Kata

umpama aroma payau
terpisah dari petak tambak
aku masuki
bagian paling pudar dari kata
pucat daun, hitam lumpur
yang tumbuh di ingatanku
telah pecah berserak

biru mengapung
di ketajaman angin
siluet seorang lelaki
yang kakinya tenggelam dalam pasir
betapakah keheningan ini
telah membuang dirinya
tersisih sesudah berupaya
merengkuh kata yang lepuh

telah lalu
hari raya dalam goresan cat air
yang pernah mengepungnya
di kedalaman musim hujan
yang tak mengenal
bau tanah

2022

. Iin Farliani – Paling Pudar dari Kata

Kata yang Berang, Kata yang Tertawan

serupa dengan angin panjang
membungkam telinga
mengasahku demi terpikat
pada lembut kata
setipis jarak
antara curam jurang dan lapang jalan

kenali siapa yang mengirim harum
dari balik rimbun
meski baru sebatas terangnya
menyentuh keheningan ini

pekik menabrak cadas
haus sedalam palung
ini kata yang berang
kata yang tertawan

bila saja dapat teraba
kata pertama
biarkan mata ini terpejam
dengan kerelaan perempuan
menantang sepi
menunggu
apa yang mungkin bersampan
ke dalam diriku

2022

. Iin Farliani – Paling Pudar dari Kata

Seteru Kata

siapa yang berbaring sehitam malam
roh batu menjemput pelapukan

pasang debur
terdengar di kejauhan
seteru kata
menenggelamkan dirinya

ini udara mati
sebelum yang bersembunyi
belajar terbang

sebelum tajam sinar
memasuki bola mata
demi memilih kata
menjulang di hadapan
sadapan luka
yang dikerat dari lampau hari
ingatan lepas
menjelma pengukur
bagaimana kata direkatkan
pada pertaruhan ini

2022


Ilustrasi: Foto Kaka Ited, diolah dari sini.

Baca juga:
Puisi-Puisi Bayu Pratama – Sebelum Kematian
Puisi-Puisi Sunlie Thomas Alexander – Tahun-Tahun yang Menguning seperti Labu


Komentar Anda?