Menu
Menu

tapi tahun-tahun yang menguning/ seperti labu; diikat pita merah di sudut altarmu/ membuatku kesasar


Oleh: Sunlie Thomas Alexander |

Lahir di Belinyu, Pulau Bangka, 7 Juni 1977. Menyelesaikan pendidikan Teologi-Filsafat di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Ia sudah menerbitkan tiga buku kumpulan cerpen, sebuah buku kumpulan puisi, dan dua buku kumpulan esai.


Petak Sembilan

—tao see bio—

di sepanjang uluran nasib ini, sejarah
__seperti bergeser dari tenungmu

hanya sepasang dewa pintu
dengan tombak runcing yang setia
______ menjaga waktu dan guci
dari kedatangan orang-orang
______ yang membumbungkan mimpi

aku mencari musim semi kedelapan
______ yang ditinggalkan oleh mereka
yang pernah berdagang di lorong-lorong ini

tapi tahun-tahun yang menguning
seperti labu; diikat pita merah di sudut altarmu
___ membuatku kesasar
______ dalam labirin kota tak bernama
______ yang kau rawat dengan semata gaib matamu

buah-buah menatap lapar, harum dupa
menyesaki jalan pulang

“hoi dewa bermuka ramah, berilah kami hoki,
dewa bermuka marah, jagalah kami dari amuk api!”
bersungut-sungut para pelancong
______ membakar doanya di guci

bersama merekalah, aku menepi
dari sebuah kota lain
yang hangus oleh benci

(hai bandar judi, dadu siapa
______ yang terberkati kali ini?)

Jakarta, 2009

.

Dongeng Peranakan

—maxine hong kingston
(tang ting ting)—

kau tahu, bilamana daun-daun
______ tak lagi kembali ke akar
: bibit berakar di tempat jatuh!

begitulah mereka memungut umpama
helai demi helai, sambil mengenang
suatu musim gugur kelabu

namun di atas tanah kita tumbuh, ribuan mil
dari pepokok batang silsilah—dipupuk
oleh tabah dan derita, maxine
______ kita bukanlah perindu
______ bukan pula pelupa yang lugu

karena itu kubayangkan ladang kisah baru
dengan sisa ingatan pada cerita ibu
yang lucu, tentang orang-orang yang
menjual sepetak kampung halaman
___ untuk tiket, uang saku,
______ dan masa depan biru

seraya itu kau takik dongeng kanak-kanak
___ di antara hantu-hantu yang terus
______ gentayangan dari waktu ke waktu

Yogyakarta, 2015

. tahun-tahun yang menguning seperti labu

Hong Kong (1)

hong kong adalah layar kusam
__ di gedung bioskop tua
penuh kecoa dan asap rokok
pada masa kecilku: ketika
chen lung memainkan jurus mabuk
dan setiap lelaki jatuh cinta
______ kepada lim chin ha

hong kong adalah surat-surat lusuh
berbau ikan asin dari daratan
yang telat tiba, dan cerita ayahku
tentang orang-orang miskin
__ berjualan korek api di mulut gang

hong kong adalah rasa malu negara tengah
yang mesti dipotong sebagai ganti rugi opium
setelah rakyat china dijadikan pemadat, dan
kota-kota pesisir dibombardir kapal perang

hong kong adalah ribuan perempuan indonesia
bekerja jadi pekerja migran, juga kenanganku
atas seorang gadis kecil ribuan tahun silam

(di samping sex shop, seorang wanita muda
merias diri dan melirikku manja, ingatkan aku
pada xiang gang xiao jie—kecantikan oriental
yang tersipu di halaman majalah lama)

.

Hong Kong (2)

setelah 100 tahun betah jadi koloni barat
mereka menolak kembali jadi orang china
seraya mengembangkan payung hitam
di jalan-jalan dan membakar ban

“God Bless Americans for
World Hero President Trump!”
tulis seorang anak muda pada posternya,
dan seorang nenek mengibarkan
bendera britania raya

setelah perang candu, setelah
jutaan bangsa han mati sia-sia
seperti anjing, 100 tahun silam

.

Hong Kong (3)

dulu di hong kong ada sebuah lagu,
mungkin semacam tongyao, yang
masih kuingat sama-samar terjemahannya
dalam bahasa Indonesia:

kita memang senasib
sama-sama bermata sipit
hidup di tempat sempit
dan makan pakai sumpit

Yau Ma Tei, Hong Kong, September 2019

.

Taipei: Kedatangan Kedua

kutemui lagi hujan dan angin yang sama;
langit berwarna resah, juga mereka
__ yang kadang lebih ramah dari cuaca

tapi papan-papan reklame yang meriah,
bimbang menyapaku dalam hànyŭ:
__ “bagaimana kabarmu selama ini
______ di selatan yang (semakin) gerah?”

di setiap ruas jalan yang ngungun
mengenang daratan besar, masih juga
aku kerap kesasar
ke kota-kota leluhur
__ yang luput dari rapuh ingatan

“di sekolah dulu kami lebih banyak
diajarkan membaca peta china, begitu
pula sejarah panjang bangsa han!”

samar kuingat cerita seorang kawan
hampir setahun yang silam
: dan ia masih terus mengangankan
______ kemerdekaan taiwan

tetapi aku hanyalah seorang peranakan
yang telah lama dilupakan (atau dicampakkan)
dari dongeng revolusi
______ di beranda rumah

Taipei, 2017

. tahun-tahun yang menguning seperti labu

Rumah

—untuk yonetha

seperti ibuku, kau pun akhirnya
menjadi alasanku untuk pulang
dari setiap lelah, dan tabah merayakan
______ hidup yang tak mudah

hingga kita sama mengerti, cinta adalah
__ sebuah kampung halaman berbeda
tempat tawa dan kesedihan
______ tak saling tepis-menepis

melampaui ibuku, kau bahkan
membuatku senantiasa betah,
________ juga percaya bahwa rumah
adalah rantau yang paling abadi;
tempat luka dan harapan
__ selalu saling menerima

hingga kelak anak-anak kita
bakal menyimpan rindu mereka
yang paling bengal
__ dalam bening doa

Yogyakarta, November 2022


Ilustrasi: Foto Kaka Ited (diolah dari sini).

Baca juga:
Puisi-Puisi Arie Saptaji – Film-Film yang Kutonton Bulan Ini
Puisi-Puisi Raudal Tanjung Banua – Cerita Dua Tanjung


1 thought on “Puisi-Puisi Sunlie Thomas Alexander – Tahun-Tahun yang Menguning seperti Labu”

  1. golagong berkata:

    Chen Lung, hmmmm. Jadi inget Fu Sheng. Puisi “Rumah”, perih tapi indah.

Komentar Anda?