Menu
Menu

Film-Film yang Kutonton Bulan Ini: Flowers of Shanghai; Goodbye, Dragon Inn; Jallikattu; Kucumbu Tubuh Indahku; The Underground Railroad.


Oleh: Arie Saptaji |

Penulis, editor, dan penerjemah lepas. Kumpulan puisi pertamanya Melankoli, Ekstasi, & Transisi (2021). Ia juga menulis dua kumpulan cerpen Never Be Alone (2005) dan Lintasan Cinta (2007) serta Trilogi Temanggung (2020) yang terdiri atas Warrior, Dalam Rinai Hujan, dan Temanggung, Yogyakarta. Novel terbarunya, Gendis: Ketika Kembang Tembakau Bermekaran (2021), diterbitkan oleh platform digital kumparan+.


Film-Film yang Kutonton Bulan Ini

Flowers of Shanghai (Hou Hsiao-Hsien, 1998)—
INT. RUMAH KEMBANG. MALAM.
Gadis-Gadis Kembang
Kembang-Kembang Gadis
Pemanggil, Pemelihara
Berkeliling Meja
Siter dan Pelita
Kipas dan Handuk Panas
_______DISSOLVE TO:
Malam dan Pupur
Opium dan Anggur
Rias dan Pulas
Hias dan Emas
Gosip dan Intrik
Tangis dan Bisik
Tuan dan Gundik
Cemburu dan Sirik
Relasi Kuasa
Jubah Gelap Kemilau Sutera
Keringkan Cawan
Tuan-Tuan Bersulang
_______DISSOLVE TO:
Malam dan Gulana
Tuan Tua, Tuan Muda
Peluh dan Selingkuh
Nikmat dan Kesumat
Bertukar Tangkap dengan Lepas:
Aku Kekasih-Mu
Seribu Gadis Kembang-Mu
_______FADE TO BLACK:
Malam.

. Film-Film yang Kutonton Bulan Ini

Goodbye, Dragon Inn (Tsai Ming-liang, 2003)—
Dragon Inn, film tua itu meraung-raung
Di gedung bioskop tua
Penuh kursi-kursi merah bata sampai ke balkon
Dan kelengangan

Si penjual karcis, perempuan pincang itu
Terseok-seok menaiki tangga
Ketok-ketok sepatunya terdengar di selasar yang lengang
Mengantar separo bakpao kepada tukang proyektor

Di labirin
Laki-laki Jepang meminta api
Ia ingin bercinta
Laki-laki perokok menolak
“Gedung ini berhantu,” kilahnya

Di luar
Hujan deras meraung-raung

Laki-laki Jepang menonton lagi
Duduk gelisah
Di seberangnya seorang perempuan menyilangkan kaki
Sambil menyisil kwaci
Krak. Krak. Krak.
Derak kulit yang pecah terlampau keras
Sebentar kemudian ia menghilang
Lalu muncul kembali tepat di bangku belakangnya
Krak. Krak. Krak.
Adakah ia hantu
Atau masa lalu?

Seorang mantan aktor
Menonton dirinya
Matanya berkaca-kaca
Di lobi ia bertemu rekannya
Menuntun cucunya
“Kamu menonton juga?”
“Orang tidak ke bioskop lagi.
Orang tidak ingat kita lagi.”

Perempuan penjual karcis itu berpayung meninggalkan bioskop
Ketok-ketok sepatunya tak terdengar
Ditelan suara hujan meraung-raung
Ditelan malam

Ia baru saja menonton
Film terbaik di dunia

. Film-Film yang Kutonton Bulan Ini

Jallikattu (Lijo Jose Pellissery, 2019)—
tas-tas kantong plastik berisi daging
bergantungan di pohon depan gereja
saat warga mengikuti misa
(bagaimana nanti mereka mengambilinya?)
: menjadi daginglah itu sabda

pagi itu mereka menggeliat dari tidur
dan bangun menjadi pemburu
berburu daging
berburu kerbau yang lolos
dari pisau jagal yang gagal menebas lehernya

kerbau mendengus
orang-orang menggeram
kerbau menanduk kios dan gedung
orang-orang menggeruduk meradang
kerbau menerobos lorong-lorong kampung
orang-orang mengejar masuk hutan

kerbau mendengus
orang-orang menggeram
sampai jatuh malam

para pemburu berdatangan ke sumur tempat si kerbau terjebak
membawa lampu-lampu yang dari jauh bagai kunang-kunang
kerbau buruan diangkat dari dasar sumur
bagaikan atraksi sirkus yang mencekam
sampai hujan turun meradang menerjang
si kerbau buruan kembali lolos masuk hutan

perburuan itu—
dalam musik latar menggelegak
campuran sabda, nyanyian, dan mantra purba
tarian massal yang brutal dan primal
membuka katup amuk manusia

pengejaran itu—
silang-sengkarut amarah dalam labirin hutan
antarpemburu bakuserang bakuhadang
kerbau buruan meradang menerjang
orang-orang berarak-arakan
melewati jembatan gantung yang bergoyang oleh dendam

kerbau mendengus
menunggu di kubangan
orang-orang menggeram
memperebutkan kemenangan
bakuterjang bakuterkam bakutumpuk bakumurka
membentuk monolit kelam menjulang
mirip daging bergantungan di pohon depan gereja

klimaksnya Thus Spake Zarathustra
dalam 2001: A Space Odyssey
dengan pelintiran yang ironis:
monolit manusia itu melontarkan kita—
tidak ke masa depan
tetapi ke masa lalu:
masa berburu itu!

kerbau mendengus
manusia meradang menerjang

. Film-Film yang Kutonton Bulan Ini

Kucumbu Tubuh Indahku (Garin Nugroho, 2019)—
Tubuh adalah rumah. Tubuh adalah alam. Tubuh adalah hasrat. Tubuh adalah peperangan.

Darah adalah amarah. Darah adalah hukuman. Darah adalah kesumat. Darah adalah kebinasaan.

“Inilah tubuhku…”
Menarilah.

“Inilah darahku…”
Mampuslah!

Hidupmu sepi. Sepi.

Sesepi balet dan tinju
Dan cinta yang tersipu.

Hanya berani mengintip. Lalu direnggut
Tersungkur. Lalu didepak
Terbuang.

Tubuh pun mengembara. Menari sendiri.
Membawa luka dan sejarah.
Mencari liang

Dan menunggu
Kehidupan merangkak dari situ.

. Film-Film yang Kutonton Bulan Ini

The Underground Railroad (Barry Jenkins, 2021)—
Miniseri ini adalah magic realism, Get Out, dan Black Mirror yang tidak futuristik tapi melipat-lipat sejarah dan menggulungnya dan menyodokkannya ke dalam terowongan kereta api bawah tanah yang mengelabui Orang Putih pemilik perkebunan kapas putih.

Orang Putih Itu: Mencambukkan 39 pecutan ke punggung budak yang minggat, Big Anthony, membaca Kitab Suci tentang majikan seiman harus dihormati dua kali, menyulut tubuh si budak di atas kayu api, mempertontonkannya biar budak-budak lain ngeri, berjingkat-jingkat menari dengan istri, membiarkan tubuh Big Anthony terus terpanggang dan membara dan berasap dan menghitam—dalam urutan yang seperti itu, American Horror Story.

Kamera bergerak lambat—adegan bergerak lambat—lanskap dalam komposisi yang magis dan rapijali—wajah-wajah mendekat dalam ekspresi yang sinis dan getir—mimpi-mimpi yang indah, mimpi-mimpi, dan nasib, yang berdarah-darah: orkes bising serangga, derak kaki menginjak lantai kayu, gemerisik dedaunan hutan, keheningan padang rumput, kertak api melahap kitab-kitab lucah, pesta panen jagung di Valentine Farm diiringi Clair de Lune, parut di sekujur punggung, dan asap mesiu. Dan, tentu saja, tentu saja, geletar cemeti dan deru dentang kereta yang jendela-jendelanya memperlihatkan Amerika.

Orang Putih Itu: Mereka terkekeh-kekeh ketika melukaimu; dan menggeram garang ketika kamu melukai mereka.

“We can escape slavery and yet its scars will never fade.”

Siapa peduli kala engkau berduka?
Sampai duka itu malih jadi murka
Dan engkau dituding sebagai monster buruk rupa!

Cora, perdengarkanlah Kata-Kata!

(Itu Gema
Berdentang di Papua.)


Ilustrasi: Foto Kaka Ited

Baca juga:
Puisi-Puisi Lolik Apung – Sehasta Cerita di Sisi Api
Puisi-Puisi Saddam HP – Nakama
Puisi-Puisi Federico García Lorca

Kirim tulisan ke [email protected].


Komentar Anda?