Marcelus Ungkang. Dosen Sastra di Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng. Bergiat di Komunitas Teater Saja. Menulis dan menyutradarai pementasan teater Botol Kesedihan (2016) dan Seseorang yang Pergi dari Cerita (2018). Tulisannya tentang teater dan kritik sastra tersebar di sejumlah media.
Bekerja dengan metafora dalam narasi memang bukan perkara gampang, tapi menantang. Oleh: Marcelus Ungkang | Pengajar sastra di Prodi Pendidikan
Flores Writers Festival 2022 yang dilaksanakan di Ende, 28 September sampai 1 Oktober 2022 mengambil tema Halaman; mai kea bēgo
Buku Jingga menggunakan tiga genre sekaligus. Adakah skema yang baik dipakai untuk membacanya? Oleh: Marcelus Ungkang | Dosen Sastra di
Menghadapi cerpen seperti “Singgah di Sirkus” karya Nukila Amal bisa jadi kesempatan bagi kita untuk berhenti sejenak dari “membaca sebanyak-banyaknya”
“Kambing dan Hujan” dibahas di Klub Buku Petra pada bulan Maret tahun 2016 silam. Apa hubungannya dengan NU dan Muhammadiyah?
Meski memberi warna baru dari segi tempo penceritaan, sejumlah konstruksi kejadian tidak biasa dalam “Orang-Orang Oetimu” tergolong wajar secara konvensi.
Dalam ulasan ini, penulis mencermati siasat struktur yang dipakai Yusi Avianto Pareanom ketika mengerjakan dongeng tentang Raden Mandasia dan petualangannya