Menu
Menu

Jika orang-orang Akhia butuh waktu 10 tahun untuk menaklukkan kota, Odysseus butuh 10 tahun untuk merebut kembali istananya.


Oleh: Mario F. Lawi |

Redaktur Terjemahan Bacapetra.co. Bergiat di Komunitas Sastra Dusun Flobamora. Beberapa buku puisinya: Ekaristi, Mendengarkan Coldplay, Lelaki Bukan Malaikat, dan Keledai yang Mulia.


Sebuah puisi kepulangan yang penuh petualangan dan megah, Odysseia tampaknya meninggalkan tema perang, kemarahan individu para pahlawan dan migrasi kolektif pemusnahan dalam Ilias: mempertimbangkan etimologi yang dibayangkan oleh orang dahulu untuk para Mirmidon, semut-semut pengikut Akhilleus. Pusat narasi di sini adalah seorang lelaki dengan pengembaraannya di elemen yang kejam, air, kerajaan dewa yang menentangnya, Poseidon. Namun, perjalanan Odysseus pada dasarnya adalah perang, perang asing yang dilakukan oleh seorang pahlawan banyak akal melawan monster-monster laut dan para siklops pulau dan rayuan para sirena dan para dewi serta kemalasan rekan-rekannya.

Jika orang-orang Akhia butuh waktu 10 tahun untuk menaklukkan kota, Odysseus butuh 10 tahun untuk merebut kembali istananya, menyebarkan muslihat dan pembantaian untuk menyelamatkannya dari genggaman para pelamar. Namun, perjalanan belum berakhir, kepulangan belum lengkap. Menurut nubuat Tiresias, di kanto ke-11, Odysseus akan berangkat lagi ke negeri tempat manusia tak mengenal laut, akan ia tancapkan dayung andalannya di tanah, dan ia akan berdamai dengan Poseidon. Hanya dengan demikian barulah ia dapat pulang ke rumah, tempat ia akan meninggal dalam damai di masa tua.

Penafsiran dan terjemahan Maria Grazia Ciani diinspirasi oleh Odysseus Homerik, yang ditenangkan di pendaratan terakhir, dan bukan oleh Odysseus Dante, yang didorong oleh kehausan fatal terhadap pengetahuan. Tiga tahun setelah versi prosa Ilias-nya, yang disambut dengan penghargaan-penghargaan bergengsi, Odysseia-nya ini mengubah pemindaian epik dari aslinya menjadi prosa sederhana yang tinggi dan bercahaya. Saya ingat terjemahan yang cerdas tetapi terlalu bebas oleh Emilio Villa, pada tahun 1972, diterbitkan Feltrinelli. Dan Carlo Saggio pada tahun 1968 telah memberikan kepada kita Odysseia dalam bentuk prosa terbitan Ricciardi. Tetapi hasilnya, meskipun berharga, tidak dapat, seperti yang dilakukan oleh Ciani ini, menemukan titik temu antara kesetiaan dan kejelasan.

Tak ada catatan, hanya komentar-komentar mengagumkan Elisa Avezzù di setiap kanto. Tantangan ditaklukkan, sebuah Odisseia untuk dibaca pada masa kini sebagaimana yang didengarkan oleh manusia-manusia zaman dahulu.


Tentang Giuseppe Pontiggia |

Giuseppe Pontiggia adalah penulis dan kritikus sastra Italia. Ia lahir di Como pada 25 September 1934, dan wafat di Milano, 27 Juni 2003. Ia meraih penghargaan bergengsi Premio Strega 1989 melalui novelnya La grande, dan Premio Campiello 2001 melalui Nati due volte.

Esai yang merupakan ulasan Pontiggia atas buku Odyssea, terjemahan prosaik puisi epik Odysseia yang dikerjakan oleh M. G. Ciani, dikomentari oleh E. Avezzù, terbitan Marsilio, 1994 ini diterjemahkan Mario F. Lawi dari buku I Contemporanei del Futuro (Milano, Mondadori, 1998), buku berisi ulasan-ulasan singkatnya tentang karya sastra dari berbagai periode.


Komentar Anda?