Menu
Menu

Pada Suatu Pagi Cerah Tatkala Langit Seperti Suasana Hati Dara Jatuh Cinta; Tukang Ojek Rindu Kekasihnya; Mencuri Jarak dan Waktu; Ketika Dua Pesaing yang Kini Berkongsi Merasa Waktunya Bermusuhan Lagi; Ketika Mereka Berjumpa | Puisi-Puisi Hilmi Faiq


Oleh: Hilmi Faiq |

Menulis buku kumpulan cerpen Pesan dari Tanah (2020) dan Pemburu Anak (2021). Menulis buku tips menulis, Cara Mengabadikan Tabungan Kenangan (2022). Selain belajar menulis prosa, dia juga belajar menulis sajak secara autodidak dan belakangan bergabung dengan Kelas Puisi Bekasi dan Kepul. Buku kumpulan puisinya segera terbit.


Pada Suatu Pagi Cerah Tatkala Langit Seperti
Suasana Hati Dara Jatuh Cinta

Setelah toko-toko membuka pintu dan jendela,
setelah kereta-kereta susul-menyusul mengantar
ribuan orang buru-buru dikejar hantu tenggat waktu,

setelah presiden mengumumkan
semua wajib beli bahan bakar menggunakan aplikasi,
seorang gadis berumur tujuh tahun terus menari
berselubung ondel-ondel
menjinakkan kebuasan hari.

Di ujung jalan,
pria penuh uban menyeret kedua kakinya
sambil menengadahkan tangan.

Gadis itu berhenti menari,
keluar dari cangkang ondel-ondel
lalu menyerahkan belasan uang kertas kumal
kepada pria penuh uban

Tiba-tiba hati si gadis terasa secerah langit.

14 Juli 2022 | Puisi-Puisi Hilmi Faiq

.

Tukang Ojek Rindu Kekasihnya

Tubuhmu kitab suciku.
Aku selalu menemukan tenang ketika kuselundupkan
wajah di dadamu setelah perang melawan hari yang kejam:
jalan macet,
pelanggan membatalkan pesanan,
ban bocor di tengah jalan.

Pelan-pelan kueja lekuk tubuh,
aroma keringat,
dan cubitanmu
yang menyisakan lebam sabit di punggungku.
Lalu runtuh segala gemuruh
berganti ketenangan yang panjang.

Aku ingin pulang,
memeluk kitab suciku
tanpa malu dan ragu.
Aku ingin pulang,
membuka lembar demi lembar bajumu
untuk menghafal kitab suciku
lebih jauh, lebih nakal.

Palmerah-Pondok Ranji, 8 Maret 2022 | Puisi-Puisi Hilmi Faiq

.

Mencuri Jarak dan Waktu

Aku tak tahu
apakah perbincangan akan mengobati
atau justru menyakiti
tapi inilah satu-satunya yang tersisa darimu.

Dulu ketika mengajarimu berenang,
kau memegang lenganku erat
dan terus mengampai
sembari melatih gerakan kaki.

______: bukan saja kau takut
_______melepaskan lenganku
_______aku juga takut
_______melepaskanmu.

Tapi ibarat layang-layang,
tidak akan terbang
selama kau menempel kaleng benang.
Kau sudah menunggangi angin mengejar segala ingin
lalu menjadi elang yang tak gentar di angkasa sendirian
meskipun sadar sesekali butuh pulang.

Kita jangan sampai tunduk kepada jarak
jangan menyerah kepada waktu.
Keduanya bisa kita curi
______: kelak kita cukup bekal
_______tinggal menikmati sisa hari.

2 dan 15 Juli 2022 | Puisi-Puisi Hilmi Faiq

.

Ketika Dua Pesaing yang Kini Berkongsi
Merasa Waktunya Bermusuhan Lagi

Dari penjuru utara hingga selatan, koar-koar
tentang musim pergantian kekuasaan.
Kita sudah lama tidak berseteru,
tampaknya harus segera menata pijakan;
mengasah parang;
dan memilih ayat untuk saling menjatuhkan.

“Apakah kau sudah siap kalah dan terluka lagi?”

Jangan kau kira luka di dada dulu
membuatku ciut pandang dan pikiran.
Luka telah membimbingku
kepada ruang-ruang kemungkinkan baru
yang selama ini tak kau tahu.

Aku telah menjelma sebagai gajah
______: sulit melupakan jejak masa lalu
sekaligus pawang
______: mampu mengarahkan angin
_______maupun hujan.

3 Maret 2022 | Puisi-Puisi Hilmi Faiq

.

Ketika Mereka Berjumpa

Dua perempuan saling kenal
duduk berhadap-hadapan.
Satu baju biru dan lainnya merah menyala,
satu pramusaji dan lainnya pelanggan.

“Seperti biasa?” tanya si baju biru
“Iya. Tuangkan segala yang perlu kutelan.”

Lalu perempuan baju merah
berkisah tentang hari beratnya:

Tentang bosnya
: selalu berupaya menidurinya

Tentang penagih uang pinjol
: datang seperti lalat hijau menyerbu kotoran

Tentang kariernya
: bak keong di arena balapan

“Aku masih punya tiga butir jika kau mau,”
tanggap si baju biru.

Malam itu, mereka kubur segala masalah
kabur berlindung di bawah emperan surga.

4 April 2022 | Puisi-Puisi Hilmi Faiq


Ilustrasi: Foto Kaka Ited (diolah dari sini)

Baca juga:
Puisi-Puisi Derry Saba – Beginilah Kotamu Tertulis dalam Kata-Kata Sepiku
Puisi-Puisi Ilham Rabbani – Membaca Perbatasan
Puisi-Puisi Muhaimin Nurrizqy – Cinta dan Ganja


1 thought on “Puisi-Puisi Hilmi Faiq – Tukang Ojek Rindu Kekasihnya”

  1. Kurliyadi berkata:

    kelak kita cukup bekal
    _______tinggal menikmati sisa hari.

Komentar Anda?