Menu
Menu

Pengakuan Laki-Laki di Usia Tiga Puluh Sembilan; Cinta dalam Matematika; Manglayang; Garam Nasi – puisi-puisi Dian Hardiana


Oleh: Dian Hardiana |

Pernah bergiat di Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS) UPI Bandung. Buku puisi pertamanya Menghadaplah Kepadaku (buruan & co, 2020).


Pengakuan Laki-Laki di Usia Tiga Puluh Sembilan

Demi bayi-bayi merah yang kelak lahir
bayi mungil
yang meluncur dari rahim putihmu
yang menjerit dalam isak
ketidakberdayaan dan syukurku

kuucapkan pengakuan ini!

Tak pernah terbayangkan
tiba saat seperti ini
hari-hari penuh letusan
malam terang berpendaran
dan kau masih di sisi.

Kini tubuhku gembur ladang musim tanam
jiwaku mekar bunga-bunga taman.
Tahun-tahun langu dan kacau berlalu
sengatan mimpi buruk raib dan berakhir.

Demi makan-makanan yang telah tandas
makanan manis
yang mendesak jadi tenaga
sukma dan ketamakanku.

Setiap pagi, berulang kali kudaras panjang saji dan doamu
warna hidangan berkilauan di meja makan:
_____ ubi manis untuk sepi-kosong perutku
_____ lemon madu untuk segar langkah dan senyumku.
Setelahnya, jantungku berdetak seperti rayapan siput emas
meski ketakutan masih menjalar di ambang jalan
_____ di gedung-gedung, di rumah sakit
melekat kuat seperti bayangan pukul sebelas.

Demi beribu kasih yang menaungiku
yang legam atau biru
yang temaram dan ngelangut

kuucapkan pengakuan ini!

Diiringi rebana kasihmu
yang terus menggetarkan nasib
perjalananku.

Bandung 2021

.

Cinta dalam Matematika

: Handini

.

Phytagoras

Siapa yang sering berhadapan
tapi tak pernah bertemu.
Kecuali di saat-saat
ketika semua garis
tegak lurus dari bumi
dan kau ada di sana
di kemiringan
di setiap kesempatan.

Matriks

Ekspresi dirimu pada sebuah ruang
menerangi segala jalan
segala lempang kerumitan.

Kolom kosong di sisi sebelah kiri
terus bertahan
dari tekanan perkalian sebelah kanan.

Baris yang padat atas dirimu
terus menunggu
pada jumlah tak terbatas di bawah diriku.

Segala yang wujud dan meruang
kembali pada jalan terang
pada jalan penuh godaan.

Aljabar

Bagian yang rusak dari diriku
telah kau simpan.
Titik dua atau koma
menggantikan apa yang tidak
pernah dipikirkan.
Melengkapi apa yang tidak
pernah dicari diri.

Kalkulus

Batu-batu kecil yang kau kumpulkan
gagal mengubah perangai ruang
yang kosong ditinggalkan.

Integral

Setelah Eudoxus menemukan
yang hilang dari permukaan
seseorang menggumam dalam kecipak
air bak.

“Eureka, eureka.”

Lalu dirimu dijumlahkan
sebanyak kerikil di halaman.
Sementara diriku dipadupadankan
setiap yang datang
dari masa silam.

Deret Aritmatika

Meski jarak terus bertambah
kita tetap berdekat-dekatan.
Aku dihitung dari pola yang sama
Kau diperhitungkan dari pangkalan
angka-angka.

Bagaimana rupa jadi angka sendirian?

Berderet tapi berbeda-beda
Berbaris tapi saling meniadakan.

Bandung 2021

. puisi-puisi dian hardiana

Manglayang

Saat bara di tanganku menyala
kau tak ada di sini.
Kota-kota berlarian
bukit di utara
bertukar cahaya dan nestapa.

Saat pinus-pinus tinggi memanggil
hanya gema yang tersisa dalam diri.
Gelagah rebah
licin jalan setapak
menyulih wana jadi tenaga.

Yang tersisa dari batu kuda hanya pelana
dan sumir cerita
dari kisah mesum sepasang remaja.

Bandung 2022

.

Garam Nasi

Lapangnya diriku adalah kesedihan
bagimu
tanpa seseorang yang lain
kecuali berbulir dan kesat
dan mengepul-ngepul.

Putihnya diriku tak mampu menawar
segala lara
tanpa warna yang lain
kecuali asin dan likat
yang mendorongmu pada batas paling jauh.

Garam nasi
jeda dan titik henti
keadaan
ketiadaan.

Bandung 2022


Ilustrasi: Foto Kaka Ited diolah dari sini.

Baca juga:
Puisi-Puisi Deri Hudaya – Kepada Fatimah Vlogger
Puisi-Puisi Ilham Rabbani – Membaca Perbatasan
Puisi-Puisi Lailatul Kiptiyah – Hujan Malam


1 thought on “Puisi-Puisi Dian Hardiana – Cinta dalam Matematika”

  1. Amriadi berkata:

    Kereeeen karya karya is the best

Komentar Anda?