Menu
Menu

Rendezvous di Sebuah Nella | Via Selo | Lirisme di Sebuah Tas Keril N | Regrets | Barangkali, Rum


Oleh: Cahya R. Gusti |

Lebih akrab disapa Paijo. Lahir di Yogyakarta pada 8 Januari 1993. Bermukim di Jogja Selatan area Pondok Krapyak.


Rendezvous di Sebuah Nella

ia bawa segala penderitaan
pada hari minggu, pada
hari yang terberkati
bagi jiwanya yang sunyi

ia mengadu:
minggu ini perempuan yang aku cintai
menikah dengan pria lain
kucing kesayanganku hilang
& seperti ada yang tercuri dari waktu-waktuku
apakah ini segala pembersihanku
seperti kau pernah menanggung
seluruh dosa di punggungmu?

merasa tak ada jawab, ia
melenggang ke warung kopi langganan
waktu berlalu, kesedihan kian larut
& pada sebuah lagu yang tak sengaja
hokya hokya, seolah
ada yang berpesan

apa salah & dosaku, sayang
cinta suciku kau buat-buat?

.

Via Selo

kali ini kau lewati saja
jalan yang curam itu
yang berliku, berbatu
& berbahaya

bukan aku tak mau
kau duduk sembahyang di hari minggu
sebab barangkali di punggungku yang liyan
kau bisa lepas bernyanyi

sembari memanggul sesuatu
untuk melepas sesuatu
& jangan lupa setibanya
di puncak golgota yang lain

selfie-selfielah!

.

Lirisme di Sebuah Tas Keril N

apakah kesunyian
masih jalur yang terjal
di tubuhmu yang selo?

ataukah kesedihan
masih keniscayaan yang api
di merapi, juga debu
di merbabu
dari tubuhmu yang ragu?

aku mengemas kembali
sisa-sisa petualangan
yang telanjur berantakan
pada tas keril di pojok ruang ini

sebab masa muda sudah gagal
membawa gelora ke sebuah tujuan
selain kepada lagu ibu soed
yang mengantar gigilnya
pada suatu pernah

naik, naik ke puncak gunung
tinggi, tinggi sekali

.

Regrets

ketika sudah sakit begini
tak ada bayangan suster cantik
yang pernah sora aoi perankan
saat memeriksa suhu demam &
membuka selimut agar tak sumuk badan

ketika sudah sakit seperti ini
semua terbaring—termasuk
yang sering tetiba lantang & berdiri

menutup pintu, jendela
& berjaga dari semisal

dari arah mana izrail datang.

.

Barangkali, Rum

mabuk hanya cara
melapangkan bahasa yang tak pernah
mengenakan kita di pesta mana pun

dengan tersebab
juga tersembab

aku masih peminum itu, rum
sejak sisa tetes tebu di bibirmu
kadung bikin aduh.


Ilustrasi: Foto Kaka Ited | Rendezvous

Baca juga:
Puisi-Puisi Khoer Jurzani – Maharani
Puisi-Puisi Jong Santiasa Putra – Dongeng dari Lantai Tiga
Puisi-Puisi Deri Hudaya – Kepada Fatimah Vlogger


Komentar Anda?