Menu
Menu

Dalam rangka ulang tahun ketiga Bacapetra.co, para redaktur berbagi cerita tentang pengalaman mereka bersama media ini. Ini adalah puisi-puisi Billy Collins, yang khusus diterjemahkan oleh A. Nabil Wibisana, Redaktur Puisi Bacapetra.co, sebagai tabik kepada para pembaca puisi dan penyair Bacapetra.co selama tiga tahun yang menyenangkan ini. Selamat membaca.


Oleh: A. Nabil Wibisana |

Bergiat di Komunitas Sastra Dusun Flobamora, Kupang. Editor dan penerjemah, dengan minat khusus pada penerjemahan prosa dan puisi Amerika kontemporer.


Mahakarya Puisi Amerika

Jika ini sebuah novel,
semua akan dimulai dari seorang tokoh,
seorang pria sendiri berkereta ke selatan
atau gadis belia bermain ayunan di rumah peternakan

dan seiring terbuka halaman, kau akan diberi tahu
waktu itu pagi hari atau mungkin tubir malam,
dan aku, si narator, akan menggambarkan:
serbaneka awan di atas rumah peternakan

dan busana yang dipakai pria itu
detail sampai syal tartan merah
dan topi yang ia lemparkan ke para-para kereta,
begitu pun sapi-sapi yang berkelebat di luar jendela

Akhirnya—jika kau membaca cepat-cepat—
kau akan tahu kereta itu sedang membawa
si pria kembali ke tempat ia dilahirkan
atau ia tengah menuju ke suatu tempat yang entah,

dan kau sudi menoleransi semua itu
sebab kau sabar menunggu: bunyi pistol menyalak
di sebuah ngarai kecil tempat pria itu sembunyi,
atau wanita berambut sepekat gagak muncul di ambang pintu

Tapi ini adalah sebuah puisi,
dan tokoh-tokoh di sini hanyalah kau dan aku,
sendiri dalam ruang khayali
yang akan lenyap setelah beberapa larik lagi

Puisi tak memberi kita waktu untuk saling menodongkan pistol
atau melempar pakaian ke dalam perapian yang menyala.
Aku bertanya kepadamu: siapa yang butuh pria di kereta
dan siapa yang peduli pada isi koper kecil hitamnya?

Kita punya sesuatu yang lebih baik daripada semua kemelut
yang bergerak tiba-tiba menuju akhir yang hancur lebur itu.
Maksudku adalah suara yang akan kita dengar
segera setelah aku berhenti menulis dan meletakkan pena.

Aku pernah mendengar seseorang membandingkannya
dengan suara jangkrik di lahan gandum
atau, lebih samar lagi, dengan kesiur angin di ladang
yang mengaduk-aduk apa-apa yang tak pernah bisa kita lihat.

. Puisi-puisi Billy Collins

Catatan Biografis dalam Sebuah Antologi Haiku

Ajak anjing jalan-jalan
kau bersua
banyak sekali anjing
—Sōshi

Satu penyair adalah seorang dokter
yang ditahan sebab berniaga dengan saudagar Belanda.
Satu penggemar sake, yang kemudian lenyap
di balik tembok biara di tahun-tahun akhir hidupnya.

Penyair lain seorang agen logistik
yang menjadi biarawati setelah suaminya mati.
Beberapa penyair menjalani hidup sebagai samurai
mahir seni tombak, pedang, dan menunggang kuda

sebaik mencipta puisi, lukisan, dan kaligrafi.
Penyair satu ini mulai menulis sejak umur delapan,
penyair lain seorang pedagang beras bereputasi besar.
Satu petani, berikutnya pemilik toko obat.

Tapi di bawah nama penyair favoritku, Sōshi,
tiada informasi sama sekali,
bahkan dugaan masa hidupnya, ataupun tanda tanya,
sehingga aku langsung menatap hampa pada tembok

setelah kubaca satu puisi kecil yang sempurna itu.
Terserah, kau mau main-main mengusik Plato
atau serius belajar bersama Santo Yohannes Salib,
kau tak akan temukan fakta yang lebih tak terbantahkan

daripada ajak anjing jalan-jalan, kau bersua banyak sekali anjing
atau, mesti kutambahkan, kebenaran yang lebih manis
Jika aku seorang guru yang punya seorang murid
yang pantas dihukum, aku akan meyuruhnya menulis

Ajak anjing jalan-jalan, kau bersua banyak sekali anjing
di papan tulis hitam sebanyak seratus ribu kali
atau sampai si bocah menyadari
tugas itu sama sekali bukanlah hukuman, tapi hadiah.

Dan sebaliknya, jika aku adalah murid
yang memegang sebatang kapur patah
dan siap sedia menulis memenuhi bidang papan,
mula-mula aku akan berdiri di depan satu jendela lebar

untuk memandang murid-murid lain yang berlarian
dan meneriakkan nama satu sama lain di halaman,
pohon-pohon besar musim gugur menaungi mereka,
segalanya kini tampak begitu jernih, berkat si jenius Sōshi.

. Puisi-puisi Billy Collins

Masalah pada Puisi

Masalah pada puisi, kusadari
saat aku berjalan-jalan di pantai suatu malam—
pasir dingin Florida di telapak kakiku,
bintang-bintang gemerlap di langit—

masalah pada puisi adalah
ia mendorong lebih banyak puisi
lebih banyak ikan kecil menyesaki akuarium,
lebih banyak anak kelinci
melompati induk mereka di rumput berembun.

Lalu bagaimana bisa semua itu berakhir?
Kecuali tiba suatu hari
ketika kita selesai, berhenti membandingkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain di dunia ini.

Dan tiada yang bisa dilakukan
selain menutup buku catatan dengan tenang
dan duduk melipat tangan di meja.

Puisi menjejaliku dengan sukacita
dan aku terbang serupa bulu tertiup angin.
Puisi menjejaliku dengan dukacita
dan aku tenggelam bak rantai yang dilempar dari atas jembatan.

Tapi terutama puisi menjejaliku
dengan hasrat menulis lebih banyak puisi,
duduk di kegelapan dan menunggu lidah api kecil
muncul di ujung pensilku.

Dan bersamanya, gairah untuk mencuri,
untuk mendobrak masuk puisi penyair lain
dengan sebuah lampu senter dan topeng ski.

Dan betapa kami sekawanan pencuri yang merana,
para pencopet, para pengutil,
kukatakan pada diri sendiri
saat ombak dingin berputar menyentuh kakiku
dan mercusuar mengalihkan megafon ke arah laut,
sebuah citraan yang, jujur saja, kucuri langsung
dari Lawrence Ferlinghetti—

si penyair pesepeda dari San Francisco,
si pemilik taman hiburan dalam sebuah buku
yang selalu kubawa di saku seragam sekolahku,
naik dan turun di aula SMU yang rawan itu.

. Puisi-puisi Billy Collins

Mencari Seorang Kawan di Kerumunan Para Penumpang yang Baru Saja Tiba: Sebuah Soneta

Bukan John Whalen.
Bukan John Whalen.
Bukan John Whalen.
Bukan John Whalen.
Bukan John Whalen.
Bukan John Whalen.
Bukan John Whalen.
Bukan John Whalen.
Bukan John Whalen.
Bukan John Whalen.
Bukan John Whalen.
Bukan John Whalen.
Bukan John Whalen.
John Whalen.

. Puisi-puisi Billy Collins

Mencari

Aku ingat seseorang pernah mengaku
satu-satunya hal yang ia ingat dari Anna Karenina
adalah sesuatu tentang sebuah keranjang piknik,

dan kini, setelah menamatkan sebuah buku
yang bertungkus-lumus dengan topik Barcelona—
penduduknya, sejarahnya, arsitektur kompleksnya—

satu-satunya hal yang kuingat adalah bagian tentang
seekor gorila albino, penghuni kebun binatang
di tempat Kota-Benteng Bourbon pernah berdiri.

Sosok yang begitu pucat dibandingkan dengan
semua nama besar dan tanggal penting itu,
sementara petang berhenti bergulir di hadapannya

dan orang-orang memamerkannya kepada anak-anak.
Penduduk lokal menyebutnya Keping Salju,
dan ia sengaja disebut kembali dalam bait-bait ini

dengan harapan agar roman pucat pasi itu menyala-nyala
dan, terlepas dari nama si gorila, membantunya untuk bersitahan
dalam puisi ini, tempat ia sekali lagi terkurung terali

Oh, Keping Salju,
aku tak peduli pada ibukota Catalonia—
penduduknya, sejarahnya, arsitektur kompleksnya—

tidak, kau adalah satu-satunya alasan
aku tetap menyalakan lampu sampai malam begitu larut
membolak-balik semua halaman itu, mencarimu ke mana-mana.

. Puisi-puisi Billy Collins

Kotak Saran

Semuanya dimulai pagi-pagi sekali,
di kedai kopi tepatnya,
ketika pramusaji yang biasa melayaniku berkata
aku bertaruh kau akan menulis puisi tentang hal ini
setelah ia menjatuhkan secangkir kopi di pangkuanku.

Lalu beberapa jam kemudian aku diberi tahu
oleh seorang murid untuk menulis sebuah puisi
tentang latihan pemadaman kebakaran yang berlangsung
sementara kami semua berdiri di halaman gedung.

Petang harinya, seorang wanita yang nyaris tak kukenal
berujar kau bisa menulis puisi tentang hal itu,
seraya menunjuk kapal Zeppelin yang melintas di angkasa.

Dan seakan-akan semua itu belum cukup,
seorang kawan menoleh ke arahku saat kami berpapasan
dengan seorang pria yang wajahnya dipenuhi tato
dan ia berseru, aku bisa menduga sebuah puisi akan lahir!

Mengapa semua orang begitu ingin membantu?
Aku bertanya-tanya malam itu saat duduk santai di tepi danau.

Mungkin aku mesti menulis sebuah puisi
tentang semua orang yang berpikir bahwa
mereka tahu puisi seperti apa yang seharusnya kutulis.

Lantas saat cahaya mulai kabur, barulah kuamati
sepasang bebek muncul
dari rerimbun gelagah dan mulai berenang ke tengah perairan,

si betina sekilas menengok pundaknya yang cokelat-kemerahan,
dan pada saat yang sama memergokiku sedang mencari pena di saku.

Aku tahu betul, ia menguik, dengan berlagu pula.
Tapi siapa yang bisa menyalahkanmu karena mengikuti kata hati?
ia melanjutkan.
Nah kini, tulislah puisi indah tentang aku dan pasanganku.

. Puisi-puisi Billy Collins

“Aku Mencintaimu”

Sejak awal, kuperhatikan kau selalu mengucapkan
kalimat itu kepada semua anak-anakmu
ketika kau akan mengakhiri sambungan telepon
sebagaimana kau tak pernah lupa mengatakannya
kepadaku saat kita berada di ujung percakapan.

Semua itu terasa begitu baru bagi bocah ini.
Tak pernah kudengar orang tuaku mengucapkannya,
paling tidak, mereka tak mengatakannya secara rutin
sehingga aku tak merasa akan merindukan kalimat itu.
Mengatakan aku mencintaimu hampir setiap hari

akan tampak sangat sangat aneh,
seperti mengatakan aku melihatmu
saat kau berdiri di sana sembari menatap seseorang.
Jika orang tuaku mulai mengutarakan kalimat itu
lebih sering, aku akan mulai mencemaskan mereka.

Tentu saja, aku selalu suka mendengarnya darimu.
Sama sekali tak pernah membuatku khawatir.
Masalahnya, kini aku kerap balik mengucapkannya
sebab sekadar bilang selamat tinggal, lantas
menutup telepon sungguh sikap yang tak pantas.

Tapi seperti Bartleby, aku lebih suka tak mengucapkan
kalimat itu terlalu sering, lebih suka menyimpannya
untuk momen spesial, misalnya meneriakkan kalimat itu
sebelum aku melompat ke kawah merah gunung berapi
sementara kau berdiri tak berdaya di tengah kepulan asap,

atau tatkala kita putus asa berpegangan tangan
sebelum pesawat kita meluncur jatuh di gurun Meksiko
—sekadar dua contoh peristiwa yang muncul di pikiranku—
tapi sebentar, dua contoh itu ternyata cukup untuk membuatku
ingin mengucapkan kalimat itu kepadamu sekarang,

dan di mana lagi tempat yang lebih baik, selain pada kuplet terakhir
sebuah puisi yang, semua orang tahu, mestilah benar-benar bermakna.

—Tujuh puisi di atas diterjemahkan dari kumpulan puisi Aimless Love (Random House, 2013).

*

Tentang Billy Collins |

Lahir di New York, 22 Maret 1941. Ia terpilih sebagai Poet Laurate Amerika Serikat untuk masa pengabdian 2001-2003 dan Poet Laurate Negara Bagian New York periode 2004-2006. Harian New York Times menyebutnya sebagai penyair paling populer di Amerika Serikat. Lebih dari sepuluh kumpulan puisi telah ia terbitkan, antara lain:  Pokerface (1977), The Art of Drowning (1995), Nine Horse (2002), Aimless Love (2013), dan Whale Day (2020). Ia pun tercatat menerima berbagai hadiah dan penghargaan, antara lain: National Endowment for the Arts (1986), New York Public Library “Literary Lion” (1992), American Irish Historical Society Cultural Award (2001), Mark Twain Award for Humor in Poetry (2005), dan Norman Mailer Prize for Poetry (2014). Selain berkeliling membacakan puisi dan menjadi pembicara di berbagai forum, ia kini mengajar di program MFA Stony Brook Southampton.


Foto Billy Collins diolah dari wikimedia.

Baca juga:
Puisi-Puisi Cinta Victor Hugo
Puisi-Puisi Salvatore Quasimodo – Laude
Puisi Pastoral Giovanni del Virgilio untuk Dante Alighieri


Komentar Anda?