“Lucid”// hari ini ia bangun lebih cepat/ mengenakan pagi yang diambilnya/ dari lemari ingatan/ Desember yang hampir berakhir//…
Oleh: Bayu Pratama |
Lahir di Aiq Dewa, Lombok Timur, 2 Mei 1994. Bergiat di Komunitas Akarpohon, Mataram.
di dadanya ada bibit hitam
tumbuh menjalar disiram ter
dari tahun-tahun kesedihan
bibit itu berbuah api
lidah biru. yang dahulu
dibawa burung-burung
dalam sejarah. melawan
sekawanan gajah
yang memanggul
kecemasan pada segala
yang baik-baik saja
.
sebuah perahu
dalam mimpinya
terus berlayar. menuju kota
tempat jendela
tak pernah ada
.
ia temukan dirinya mengeras
serupa batu. di waktu beku
setelah dinding kamar
/rêtak/
memuntahkan magma dari kabar
kantung ingatannya yang menyala
merah.
mendidih
ia dibentuk
di bawah kerak bumi
menunggu lubang inti dari gunung-gunung tinggi
menyusun riwayat batolit. tanpa kemungkinan
perasaan-perasaan. yang lebih
/kêcil/
dari tubuh batu
.
ia binatang. jantan yang gampang
mengenang kuku dan taring seperti luka
leher rusa dengan pembuluh terbuka
kematian. sebab lempung tajam
dari napas tuhan yang seringkali lupa
melihat. kuku dan taringnya
kebinatangannya
.
sekarang seperti dirinya pergi
begitu jauh. menyeberangi jalan
menuju banyak tempat
di sisi lain
tiang gantung. anak-anak
bermain dengan jarum
tangan mereka
menjahit kereta. bunyi
roda. di dalam kepalanya
.
sebuah danau memantul bulan
perak. angin meriak dan daun tergulung
membuka. tak ada burung. suara lain
dari lipatan gelap
malam. seekor belalang
bersabar menunggu
didekap lembam udara
seperti seorang kanak
dimatikan lampu kamar
.
ialah mata yang melihat segala
tepi paling tipis dari setiap garis
peta. masalah sehari-hari
mengunci mimpi begitu jauh
dari pintu untuk bangun. mencukupkan
bunyi weker
tanpa kejutan
.
hari ini ia bangun lebih cepat
mengenakan pagi yang diambilnya
dari lemari ingatan
Desember yang hampir berakhir
lima hari setelah dua lima
tahun-tahun sepi
setelah tahun-tahun pucat
seperti sisa bulan
ia menonton acara televisi. seorang
pemain peran menjelaskan cara bahagia
membiarkan la fille aux cheveux de lin
menjejali udara
ia letakkan kembali bunga dan foto mereka
di antara halaman buku
; matanya yang berat
mengencangkan waktu
.
tiga ekor burung terbang ke tiga kenangan
salah. satu senapan dari perasaan yang bukan-bukan
dengan tiga peluru lapar. dan tangan patah
popor yang bimbang pada bahu yang terlampau tegang
bidikan yang tak bisa tepat dengan diabetes
kolesterol dan 9,4 juta hipertensi
pilihan yang bukan dirinya. apakah
pagi terlampau cepat atau pagi kian terlambat
cerita yang disimpan dalam rahasia. seperti roti
remah roti. bagi tiga ekor burung yang seharusnya mati
.
pagi jadi batas bagi kata-kata yang malas
menyusun diri. adalah gema dari segala
tanda baca: koma tanpa apa-apa
setelahnya
mengantuk-antukkan kepala di dinding gua
bahasa seperti domba yang terlepas. dan hilang
dari hitungan penggembala buta
tanpa titik
ataupun tanda tanya
Ilustrasi: Photo by Lucas Craig from Pexels
Baca juga:
– CERPEN BAYU PRATAMA – SUATU HARI SELEPAS HARI ITU
– PUISI M. AAN MANSYUR – CARA LAIN MEMBACA SAJAK CINTA
Very wide