Menu
Menu

KAHE Exhibition juga diproyeksikan terutama kepada para pelajar dan mahasiswa dalam konteks literasi dan edukasi.


Oleh: Dimas Radjalewa |

Bergiat di Komunitas KAHE Maumere sebagai koordinator Klub Baca KAHE. Selain membaca dan menulis, juga suka mempelajari berbagai bahasa asing.


Setelah sukses dengan Maumerelogia III di tahun 2018—sebuah festival sastra dan seni tahunan, tahun ini, Komunitas KAHE Maumere kembali menggelar kegiatan menarik. Pameran seni rupa. Bertajuk “KAHE Exhibition”.

Pameran ini akan dilaksanakan selama dua pekan pada awal Mei mendatang. Mengangkat tema “Anak dan Rumah,” pameran ini akan berlangsung dari tanggal 1 Mei 2019 hingga 14 Mei 2019 di area Studio Maumere TV, Jalan Don Thomas No. 29 (seberang Radio Suara Sikka).

Tentang Tema KAHE Exhibiton: Anak dan Rumah

Rumah, idealnya menjadi ruang utama dan pertama tumbuh kembang anak. Tidak saja merujuk pada bangunan fisik, rumah adalah suatu suasana, atmosfer yang membentuk komunikasi interpersonal. Situasi dan suasana dalam rumah sangat menentukan perkembangan karakter seorang anak. Meski demikian, ruang yang sangat personal dan domestik ini juga rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan entah fisik maupun psikis. Kekerasan dan resistensi yang berlangsung dalam rumah hampir tak terhindari.

Perubahan-perubahan dalam struktur masyarakat turut mempengaruhi dan membentuk pola-pola interaksi dalam rumah. Modernisme, kehadiran televisi, perkembangan teknologi yang ditandai dengan fenomena gadget, dan urbanisasi turut membentuk suasana dalam rumah. Bagaimana keadaan rumah kita sekarang?

KAHE Exhibition merupakan sebuah acara pameran seni rupa yang dirancang sebagai forum literasi, pengembangan wacana, serta kreasi dan apresiasi seni rupa di kota Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur. Pameran ini akan menampilkan karya-karya para seniman, baik dari anggota Komunitas KAHE maupun seniman-seniman lain di sekitar Maumere, NTT, dan Indonesia.

“Gagasan tentang KAHE Exhibition bertolak dari keprihatinan anggota komunitas KAHE terhadap sepinya aktivitas kreasi, maupun juga pameran seni rupa di kota Maumere. Melalui pameran seni rupa ini, Komunitas KAHE bermaksud merangsang aktivitas kreasi seni rupa kawan-kawan di Nusa Tenggara Timur khususnya, maupun di Indonesia secara umum. Pertama-tama dari para seniman yang tergabung dalam anggota Komunitas KAHE dahulu, dan sebisa mungkin pameran ini ikut melibatkan seniman-seniman rupa yang ada di Maumere.” demikian disampaikan oleh koordinator kegiatan, Dede Aton, yang juga merupakan Ketua Komunitas KAHE.

“Tidak hanya itu, KAHE Exhibition juga diproyeksikan terutama kepada para pelajar dan mahasiswa dalam konteks literasi dan edukasi. Selebihnya, diharapkan mampu menjangkau seluruh masyarakat di kota Maumere,” lanjutnya.

Profil Seniman yang Akan Hadir pada KAHE Exhibition

Kikan Beatrix Nong Goa

Kikan lahir di Mataloko, Ngada. Menamatkan pendidikan sekolah dasar di SDK Maumere III, Kikan melanjutkan pendidikan menengah pertama SMPK Virgo Fidelis Maumere, kemudian ke SMKN 1 Maumere, jurusan Teknik Listrik Pemakaian. Kikan selanjutnya memperoleh gelar Sarjana Hukum (Jurusan Hukum Internasional) di Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Kupang.

Selain menggambar, Kikan sangat gandrung pada sepakbola, mengantarnya menjadi Koordinator Fans Club Real Madrid Regional Maumere. Saat ini Kikan bergiat di Komunitas KAHE dan Komunitas Huruf Kecil. Karya-karya seni rupanya pernah dipamerkan pada M7.8 SR (Pameran, Diskusi dan Pertunjukan) yang diselenggarakan Komunitas KAHE (2017) dan Festival Tia Tasi di OCD Beach Kupang (2018).

Kikan juga menjadi ilustrator untuk Jurnal Dala ‘Ela yang diterbitkan oleh Komunitas KAHE. Tiga karya ilustrasinya akan hadir dalam Antologi Puisi Rumahku Batu,Tubuhku Bulan (Kelas Menulis Kreatif putra putri SMPK St.Yosef Freinademetz Kapan).

Yohanes Baptista Juang Wutun,

Biasa disapa Oan. Lahir di Bandung, 12 Desember 1991. Oan menempuh pendidikan dasar di SDK Don Bosko 1, Kupang, lalu melanjutkan pendidikan menengah pertamanya di SMPK Frater, Maumere, kemudian SMA di Seminari San Dominggo Hokeng. Oan memperoleh gelar Sarjana Filsafat di STFK Ledalero.

Sejak kecil Oan sudah menunjukkan minat yang besar untuk menggambar. Oan pernah tergabung dalam Komunitas Serupa Maumere. Meski kini menetap di Kupang, ia masih aktif terlibat dari jauh pada beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh Komunitas KAHE dan Komunitas Huruf Kecil Maumere. Karya-karya seni rupa Oan pernah dipamerkan pada pameran 100 tahun SVD di Ledalero, juga Festival Seni Tpoi Ton yang diselenggarakan Komunitas Leko di Kupang.

RD Rolly Davinsi

Gabriel Rolly Davinsi lahir di Kewapante, Kabupaten Sikka. Romo Rolly menyelesaikan pendidikan dasar di SDI Madawat-Maumere, SMPK Frater-Maumere, SMA Seminari San Dominggo Hokeng. Ia menamatkan pendidikan Sarjana Filsafat dan Magister Teologi di STFK Ledalero. Romo Rolly adalah Imam Katolik di Keuskupan Maumere, yang juga seniman yang sedang mendalami fotografi secara serius. Karya-karyanya dapat dilihat di laman Facebook Lima Empat. Saat ini, Romo Rolly tengah mengembangkan metode evangelisasi berbasis visual art.

Mando Soriano

Armando Soriano atau yang lebih dikenal dengan Mando, adalah seniman yang aktif sebagai pegiat seni visual di Kupang. Ia tergabung dengan beberapa gerakan seni kolektif seperti Komunitas Leko, Timor Art Graffiti, dan Komunitas Perupa Kapur Sirih. Bersama Christin Anakay, ia membentuk jasa ilustrasi TRUST. Mando memiliki kecenderungan samar untuk berkarya dengan tema berlatar belakang etnisnya, Timor Leste-Helong. Hingga kini, Mando masih sering membuat karya gambar dan kartun dengan tema-tema pergolakan identitas dengan atmosfer kaum urban.

Beberapa pameran seni rupa yang pernah diikuti Mando antara lain: Pameran Komik “Lihat-Dengar Bahasa: Sebuah Pameran” HUT koran Lidahibu di Yogyakarta (2009), pameran “Comic on Envelope” Kedai Belakang Art Space di Yogyakarta (2011), pameran Komik Karyawan Dan Mahasiswa “Manusia Indonesia di Belantara Modal” di Universitas Sanata Dharma-Yogyakarta (2011), pameran Bersama “Realitas? Belum Selesai”-Ketjilbergerak di Yogyakarta (September 2011), pameran Besar Seni Rupa. “Untaian Sotis” Temu Karya Taman Budaya di Kupang (September 2015), pameran Lukisan sebagai rangkaian acara konser musik “Annual Recital: The Western Classical Opera Music” di Aula Gereja Katolik Santa Maria Assumpta-Kota Kupang (November 2017), pameran Bersama, “Festival Seni TPOITON 2017: Pesta Kecil Menghikmati Hujan” di Aula Museum Provinsi Nusa Tenggara Timur-Kupang (Desember 2017), pameran Bersama, “Kencan Buku Fest” dari Komunitas LEKO di Aula Utama Taman Budaya Gerson Poyk-Kota Kupang (April 2019).

Christyan Agus Setyawan

Akrab disapa Christyan AS. Lahir di Blitar, 9 Februari 1990. Ia dibesarkan di Denpasar, Bali. Christyan adalah lulusan S1 Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Malang dan S2 Sekolah Pascasarjana Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Universitas Gadjah Mada yang berkarya di bidang multidisiplin seni: seni rupa, performance art, teater, menulis lagu, dan lain-lain.

Karya-karya seni rupanya telah dipamerkan dalam berbagai pameran seni rupa sejak tahun 2009 hingga saat ini, seperti dalam pameran bersama bertajuk “Light of Hope” yang diselenggarakan oleh Pawitra Art Space, di Art Hotel Surabaya (2017), pameran bersama dalam stand Komunitas Seni Artophoria pada acara “International Celaket Cross Culture Festival”, di Kampung Celaket, Malang, Jawa Timur (2012), dan pameran kriya seni “Surprise #5: Tradition and Contemporary” yang diselenggarakan oleh FKMKI (Forum Komunikasi Mahasiswa Kriya Indonesia), di ISI Padang Panjang, Sumatra Barat. Beberapa karya ilustrasi Christyan dimuat di buku kumpulan puisi, cerpen, esai, juga film indie.

Christyan juga menulis novel psikologi-thriller berjudul Rainbow Cake bersama Rayni N. Massardi (Penerbit Gramedia, 2019). Karya lain yang sedang dipersiapkan di tahun 2019 ini adalah buku antologi cerpen tiga paragraf (pentigraf) dan gambar berjudul Tiga (kolaborasi dengan Ardi Winapentigrafis), novel grafis berjudul Pocong Ketakutan (Penulis: Rayni N. Massardi, grafis oleh Christyan AS). Selain menekuni dunia seni rupa dan kepenulisan, Christyan juga kerap tampil sebagai aktor dalam berbagai pementasan teater, menjadi sutradara, penulis naskah lakon dan menampilkan berbagai karya performance art. Saat ini, Christyan aktif sebagai sutradara di teater Vocarium.

Albert Gerson Finit

Dikenal dengan nama Black Finit. Lahir di Maumere, 11 Maret 1983. Black mulai menggambar di Jogja setelah bertemu Babe Samudra. Teruslah titik, garis, dan warna membentuk rupa dan karakter di pikiran Black. Black banyak melakukan eksperimen menggambar di kertas dan tembok dengan pensil, arang, pena, kapur, dan lainnya. Cara membuat warna kanvas besar, corak batik terekam di dasar karya-karya Black. Teks berbahasa semakin memberanikan Black berkarya kapan pun, di mana pun, dengan apa pun karena seni bagi Black membantu akal untuk menyatakan diri sepatutnya. Saat ini Black tinggal dan menjalani aktivitas berkeseniannya di Jogja.

Agenda Khusus di KAHE Exhibition

Selain pameran seni rupa, yang akan berlangsung sejak tanggal 1- 14 Mei 2019, beberapa agenda khusus yang juga akan dilaksanakan, di antaranya: Diskusi Anak dan Rumah dengan tema “Merefleksikan Anak dan Rumah Saat Ini”, menghadirkan Pastor Ignas Ledot, SVD (Penggiat di TRUK F) dan Rini Kartini (Pimpinan Maumere TV) sebagai Pembicara. Diskusi ini akan dilaksanakan hari Jumat, 3 Mei 2019.

Pada hari kesepuluh, tanggal 10 Mei 2019, akan diadakan Bincang Seniman dan Jamming Sastra bersama Black Finit. Agenda khusus lainnya adalah, Workshop dan Lomba Menggambar-Mewarnai bersama Black Finit dan Kikan Nong Goa pada Minggu, 12 Mei 2019.

poster pameran kahe exhibiton

Pada akhirnya, bagi seorang anak, rumah adalah tempat lulus uji atas genangan air mata dan gulungan benang tawa yang entah kapan selesai. Pulang tidak pernah menjadi pilihan karena rumah bukan tujuan atau pun persinggahan. Rumah adalah menara kekekalan, di mana sukma hidup; menjalar menjelma kerinduan. Rindu yang tak kunjung selesai. Selamat Berpameran! (*)

Komentar Anda?