Menu
Menu

Selamat menikmati puisi-puisi khong guan yang disuguhkan Joko Pinurbo untuk kita semua.


Oleh: Joko Pinurbo |

Telah menerbitkan belasan buku puisi—yang terbaru “Buku Latihan Tidur” (2017)—dan beroleh berbagai penghargaan, salah satunya South East Asian (SEA) Write Award (2014).


Ayah Khong Guan

Ayah sedang
khusyuk menikmati
remah-remah
sisa kenangan
dalam kaleng
Khong Guan
ketika rumahnya
yang sunyi
disambangi petugas:
“Selamat malam.
Apakah kondisi
kejiwaan Anda
aman terkendali?”

Ayah menjawab,
“Maaf, saya
sedang
berbahagia.
Negara
dilarang
masuk
ke dalam hati saya.”

(2019)

Ibu Khong Guan

Ibu pulang dari gereja
membawa lima roti dan dua ikan
dalam kaleng Khong Guan,
persediaan makan sebulan.

(2019)

Simbah Khong Guan

Simbah muncul di kaleng Khong Guan:
duduk sendirian di meja makan,
mencelupkan biskuit ke dalam teh hangat
dan menyantapnya pelan-pelan.

Anak cucunya sibuk ngeluyur
di jagat maya, tak mau mengerti perasaan
orang tua yang tak lama lagi akan
mengucapkan selamat tinggal, dunia.

Walau sudah tua dan giginya tinggal dua,
Simbah masih hafal Pancasila.

Simbah mencelupkan jarinya
ke dalam teh hangat dan sambil mengingat
sila kelima ia berkata, “Kesepian sosial
bagi simbah-simbah yang merana.”

(2019)

Malam Khong Guan

Ketika bumi tidur
dan malam mendengkur,
ada bocah gundul
bersorak-sorak sendirian
menyunggi bulan
dalam kaleng Khong Guan.

(2019)

Rumah Khong Guan

Biskuit berterima kasih
kepada rengginang
yang telah ikut melestarikan
rumahnya yang merah:
kaleng Khong Guan.

(2019)

Burung Khong Guan

Burung bersarang
dalam kaleng Khong Guan,
mengerami kata-kata
yang dipungutnya
dari bahasa manusia
yang sombong dan sumbang.

(2019)

Anggur Khong Guan

Aku bersyukur masih bisa mendapatkan
sisa anggurmu dalam kaleng Khong Guan
—anggur paling jos yang kauminum
dan kaubagikan pada malam perpisahan—
walau aku tak datang di perjamuan.
Saleh atau salah, aku tetap bocahmu, Bro.

(2019)


Ilustrasi: Foto oleh Kaka Ited

Baca juga PUISI TERJEMAHAN dan ULASAN.

1 thought on “Puisi-Puisi Joko Pinurbo – Khong Guan”

  1. pengemudikano berkata:

    Ya ampunn.. Kerennn memang puisi-puisinya. Seolah ringan, tapi tetap nusuk.
    Salam takzim.

Komentar Anda?