kota menanam kata tanya di kepala/ dan segala jawaban ikut tertimbun/ di bawah reklamasi, gedung menjulang/ di sejumlah tiang jalan layang/ yang mengarah menuju/ lubang neraka paling dekat.
Oleh: Wawan Kurniawan |
Menulis puisi, cerpen, esai, dan menerjemahkan beberapa karya. Beberapa karyanya, Kumpulan Puisi: Persinggahan Perangai Sepi (2013), Sajak Penghuni Surga (2017), Museum Kehilangan (2021). Kumpulan Cerita Pendek pertamanya terbit Maret 2021 dengan judul Aku Mengeong oleh Penerbit Indonesia Tera.
di rongga dada
tempat kecemasan menghimpit
________ organ-organ rapuh yang kumiliki
emisi telah ikut berdesak-desakan
menuju separuh kehidupanku
yang biasa-biasa saja,
nyaris menuju sial.
saat batuk mencoba akrab
napasku seperti remuk lipatan kertas
dari seorang penulis yang menyesali
kata-kata ciptaannya sendiri
di jendela, kulihat langit berwarna abu
lalu aku membayangkan diriku sebagai penyair
merayakan jiwaku yang ikut kelabu
hingga bait-bait puisi kutulis begitu mudah
di rongga dada
tempat kesedihan berbiak sepanjang masa
kuhirup masa silam sembari membayangkan
hijau luas sawah di bawah langit biru menawan
setelah kini, di kamar apartemen
kuhirup penyesalan yang nyaris abadi
dari ketidakmampuanku melawan penguasa
yang terlampau hina mengurusi udara
dan hal-hal lain yang semestinya menyegarkan.
Hidup kita maha sumpek di bawah kuasa
________ mereka yang jauh lebih buruk
________ dari kemarau
________ ________ ________ berkepanjangan.
Bolehkah mereka maha-mampus saja?
2024
.
Ini harusnya tak terjadi begitu cepat atau jauh lebih baik, tidak sama sekali.
Bahkan tanpa diabetes, obesitas, atau hipertensi, mereka yang maha-mampus itu,
tak bisa berbuat apa-apa untuk orang-orang seperti yang menulis keluhan ini.
Ini itu telah kita coba, dan mengharap perubahan semakin membuat kita merasa
bodoh tak terampuni.
Jalan-jalan kota yang menyempitkan urat nadi, lekaslah meledakkan diri!
2024
.
Setelah kita mengirup segala aroma ini,
Nanti, yang tidak akan lama lagi:
• Mereka tidak akan merespons sentuhan, suara, atau rasa sakit.
• Pupil mereka melebar dan tidak merespons cahaya-cahaya lagi.
• Perubahan warna kulit mereka lekas menjadi pucat, sesegera mungkin.
• Mereka mengalami Algor Mortis, Rigor Mortis, dan Livor Mortis.
• Mereka ditinggalkan detak jantung dan pernapasan melambai kepadanya.
• Jauh dan menghilang.
Mampuslah kita dengan tidak damai!
2024
.
udara
memasang jendela di tubuhnya
matahari memaksa jalan
mendekat menyentuh
lapis
________ terjauh.
kota menanam kata tanya di kepala
dan segala jawaban ikut tertimbun
di bawah reklamasi, gedung menjulang
di sejumlah tiang jalan layang
yang mengarah menuju
lubang neraka paling dekat.
seorang pengamen berdiri
menyanyikan lagu sedih
di depan warung coto
sembari melihat ketupat
terbelah begitu jelas.
2023
.
Kulihat kau berganda di hadapan cemasku
langkah ini diserang kram dari segala arah
jelas terasa bila dadaku menyempit menutupmu
dan tarikan udara membawamu tiba di hampa
Kau berjalan memecah tubuhku di belakang takutku
melompati perut
dan otot kecilku menuju tiada
Teriak ini menjelma burung kecil yang bertengger
pada ranting pohon di samping jendelamu yang kelabu,
tepat saat musim tengah melupakan namanya sendiri.
Kudengar suaraku berteriak memanggilmu,
tapi kedua daun telingamu telah jatuh dengan pelan
seperti gugur daun kamboja kering di pekuburan.
2023
.
di hadapan sungai yang mengalirkan
kenangan masa kecilku
aku ingin jadi warna hijau paling segar
seperti daun yang baru lahir tiga detik tadi
namun gugur sebagai kematian paling damai
jatuh di atas sungai yang mengalirkan
kenangan masa kecilku yang riang
kini, kita kian pandai menebang apa saja
menimbun segala berhala dan
belajar memuja kuasa
ingin mereka lebih deras dari aliran sungai
yang mengalirkan kenangan masa kecilku
aku ingin jadi orkestra terakhir hutan hujan
dari suara-suara di balik reranting, di atas lumut,
di balik embun, di tubuh basah tanah, di punggung
bebatuaan, juga di balik telaga yang penuh rahasia
kepada sungai yang mengalirkan
kenangan masa kecilku
aku berdiri di atas tubuhmu
meragukan pernyataan Heraclitus
dan memulai pertanyaan yang baru,
masihkah kau sungai yang sama?
ataukah aku terlampau memuja
segala dunia yang baru?
2023
Ilustrasi: The City on The Hill (Georges Braque), dari WikiArt.org.
Baca juga:
– Puisi Toni Lesmana – Rumah Merah Muda
– Puisi Widya Mareta – Kamar Pengantin
– Puisi Esha Tegar Putra – Hantu-Hantu Padang
Wah bagus bngtt puisinya bikin terharu;)
Puisi yang sangat relevan untuk memukul mereka para penguasa yang berbuat sewenang-wenang kepada bumi atas nama perubahan
Sungguh indah ciptaan puisi mu
Kecilku
di hadapan sungai yang mengalirkan
kenangan masa kecilku
aku ingin jadi warna hijau paling segar
seperti daun yang baru lahir tiga detik tadi
namun gugur sebagai kematian paling damai
jatuh di atas sungai yang mengalirkan
kenangan masa kecilku yang riang
kini, kita kian pandai menebang apa saja
menimbun segala berhala dan
belajar memuja kuasa
ingin mereka lebih deras dari aliran sungai
yang mengalirkan kenangan masa kecilku
aku ingin jadi orkestra terakhir hutan hujan
dari suara-suara di balik reranting, di atas lumut,
di balik embun, di tubuh basah tanah, di punggung
bebatuaan, juga di balik telaga yang penuh rahasia
kepada sungai yang mengalirkan
kenangan masa kecilku
aku berdiri di atas tubuhmu
meragukan pernyataan Heraclitus
dan memulai pertanyaan yang baru,
masihkah kau sungai yang sama?
ataukah aku terlampau memuja
segala dunia yang baru?
2023
unik
Sangat bagus puisi nya
Terharu gua jadi pengen nangis
Makna dari puisi ini sangat dalam dan luar biasa, sehingga pembaca dapat memahami makna dari puisi tersebut.
sangat menarik dalam ceritanya dan bagus sekali
Puisi2 ini sangat bagus, saya suka, banyak mengandung kata2 bermanfaat didalamnya
BAGUSS BANGETTTTT
BIKIN TERHARUUUU!!!!!
Wowwwwww ist amazing