Selamat menikmat tiga puisi Derry Saba di bacapetra.co.
Oleh: Derry Saba |
Derry Saba adalah calon Imam asal Keuskupan Atambua. Bergiat di Komunitas Leko Kupang, juga Komunitas Sastra Filokalia di Seminari Tinggi St. Mikhael. Derry bisa dijumpai di Facebook: Derry Saba atau Instagram: @derrysaba.
kami menyusuri tepi doa,
Kau ombak yang berdesir.
bentang lautan adalah pertanyaan
yang menyatukan kita:
kami dengan misteri-Mu, dan
diam-Mu dengan kegaduhan kota
di dalam kepala kami.
di dasar doa, kami lupa
Kau adalah ketenangan —
sunyi yang membuat tidur ikan-ikan,
juga benda-benda asing yang asin.
sekali lagi
berjalan di tepi doa,
kami ialah gelombang gelisah
sementara Kaulah kedalaman yang menarik
dan memahami kedangkalan segala sungai
di dalam iman kami.
maka doa-doa kami hanyalah
ketakutan yang menolak pecah
di hadapan hempasan sabda-Mu
yang telah menjadi daging sekaligus
rasa lapar ego kami.
berkali-kali
ketika berjalan di tepi doa,
Kaulah laut yang berseru:
“bertolaklah ke kedalaman-Ku.
Aku ini, jangan takut!”
Kupang, 2019
kata atau kota yang sepi
adalah ranjang yang kusiapkan untuk
meniduri puisi-puisimu. kau
tak perlu membasuh kakiku atau
meminyaki hasratku untuk
mendapatkan kecup yang
melegakanmu
sebab desahmu benar-benar puisi
tanpa rima — taufan yang membelah
lautan rindu sekaligus nyala api
di dalam semak amarahku
sebab wangi liangmu adalah alasan
aku mengumpulkan segenap kasihku
menjadi batu pertama yang akan
melempari wajahmu, sekaligus kokok
ayam paling telat yang mengajari kita
betapa lemahnya lelaki di hadapan
sebuah tatapan
jika cinta adalah alasan waktu terus
berputar, mendekatlah kau ke intiku
akan kuajarkan kau menggandakan
doa sebanyak detak jantungku
namun jika cinta —
dengan cara yang tidak biasa —
menawarkanmu perpustakaan tua,
mendekatlah kau
ke lumbung lambungku. akan
kutunjukkan muasal namamu
berpilin di sepanjang rusuk-rusukku
Kupang, 2019
Diambil-Nya air danau Galilea
Diciptakanlah matamu
Bening dan hening di kening saya
Kepalamu ladang alang-alang. Kaku dan kasar
Tempat paling sunyi saya mendengar balon-balon rindu
Pecah satu-satu di situ
Dari kumpulan huruf-huruf yang pandai
Menari dan menuliskan sajak-sajak, jemarimu
Dibentuk-Nya — alasan paling kuat saya diam seribu bahasa
Sementara itu, saya tumbuh dari partikel malam
Inti dada saya langit, bibirmu
Sepotong bulan sabit
Maka kita adalah sepasang kata dan kota yang saling melumat
Dan menolak sunyi sepanjang enam hari
Sebab nanti kita harus diam pada hari Tuhan beristirahat
Kupang, 2018
Gambar dari Pexels
Puisi-puisi ini memiliki refleksi biblis yang kental. Salut atas irama puisi yang juga tak kalah memikat.
Puisi-puisi ini kayak vitamin A buat saya. Suka sekali
Keren kaka diakon. Kata-katamu berdiri berani, mewakili makna yang menjadikannya berwibawa. Imanjinasimu lebih hebat. seluruh kata-katamu, kau titip tinggal pada garis kertas, berusaha meneragkan imajinasimu. Tidak benar atau dosa terbuat, bila pada nanti beberapa suara tidak akui hebat, imajinasimu
Sesuai latar belakangnya sebagai calon imam, Derry Saba telah berhasil berkencan dan menggenggam Tangan Tak Terlihat dengan erat dan lama.
Suka sekali.
Mantap kk Frater..